12. Beg for me

64.3K 2.8K 544
                                    

Jangan lupa vote dan komen di setiap paragraf nya♥️
.
.
.
.
.
.

Edeline memundurkan kakinya perlahan. Detik berikutnya gadis itu berlari sebisa mungkin. Menghindari seorang pria yang tengah menatapnya tajam.

Sedangkan pria itu hanya terdiam sambil menatap Edeline yang berlari menjauhinya.

"Ya, Berlarilah sejauh mungkin. Sebelum aku bisa menangkapmu." Ucapnya seraya menyeringai lebar.

Edeline berusaha menghindari beberapa orang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Beberapa kali juga ia mengatakan maaf ketika ia tak sengaja menabrak orang-orang itu.

"Sorry, I'm really sorry." Ucapnya seraya berlari entah kemana.

Edeline yang merasa lelah pun memasuki salah satu bilik toilet, kemudian menguncinya dari dalam. Gadis itu mengeluarkan ponselnya berusaha menghubungi seseorang. Namun entah mengapa tiba-tiba ponselnya tak bisa ia nyalakan begitu saja.

"Oh god!" desahnya kecewa.

Gadis itu berusaha mengotak-atik ponselnya. Berharap ponsel itu akan hidup setelahnya. Ia begitu fokus akan ponselnya, sampai ia tidak sadar jika seseorang telah memasuki toilet itu.

"God! Please, help me." Ujarnya dengan keringat dingin yang membasahi keningnya.

Brak! Prang!

Edeline tersentak ketika ia mendengar suara dari luar biliknya. Gadis itu terdiam dengan napas memburu. Jangan katakan jika pria itu telah berada di luar sana.

"Edeline," panggilnya sambil menatap tajam bilik di hadapannya.

Edeline yang mendengar itu segera mengangkat kakinya agar tak terlihat pria itu. Gadis itu mencengkeram erat tasnya ketika tak ada lagi suara-suara di luar sana.

"You don't wanna get out, hm?" ujarnya sambil tersenyum miring. "Okay, I'll make you come out."

Dalam hati Edeline berharap pria itu benar-benar pergi. Namun sialnya itu tak akan terjadi. Detik berikutnya pintu dihadapannya telah hancur begitu saja.

Dengan cepat pria itu menangkap pergelangan tangan Edeline, kemudian menyeretnya keluar dari sana. Edeline yang mendapati hal itu berusaha melepaskan cengkeraman pria itu di tangannya.

Di saat gadis itu hampir berhasil melepaskan tangannya, pria itu menekan kukunya tepat di pergelangan tangan Edeline.

"Help me!" pekik Edeline yang berhasil menarik perhatian sebagai orang. "Please help me! He's gonna—"

Tanpa kata pria itu membopong tubuh Edeline. Dengan kepala gadis itu berada di bawah, layaknya karung beras. Ketika pria itu sadar akan atensinya terhadap orang-orang di sekitarnya. Ia hanya menatap sekilas seraya berucap singkat.

"She's my girlfriend," mendengar ucapan pria itu, orang-orang tak lagi mempedulikan keadaan Edeline. Sedangkan Edeline memukul bahu pria itu agar ia bisa turun.

Brak!

Tubuh Edeline menubruk pintu di sampingnya ketika pria itu dengan kasar melepaskan cengkeramannya.

"Let me go," ucap Edeline lirih dengan tubuh sedikit bergetar.

Sebisa mungkin ia menekan rasa takutnya ketika pria itu semakin menghimpit tubuhnya. Pria itu, Alexio menyampirkan rambut Edeline ke belakang telinga kemudian berbisik lirih. "Never."

"Ini peringatan terakhirmu. Jika kau mencoba kabur, aku tidak akan segan-segan menyakitimu." Ucapnya dengan tatapan tajam nan menusuk.

"Mengapa kau lakukan ini padaku?! Kita bahkan tidak saling mengenal dan kau tidak tahu—" ucapan Edeline terhenti ketika Alexio membungkam bibirnya, kemudian menciumnya dengan cukup kasar.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang