47. first step

26.9K 1.2K 89
                                    

Edeline menatap dirinya yang tengah bersiap di depan cermin. Hari ini ia harus berangkat ke Milan atas permintaan Alexio. Sebenarnya ia tidak ingin ikut pergi, namun pria itu tidak ingin meninggalkannya sendiri.

“Edeline!” sapa Alyssa diambang pintu. Gadis itu masuk ke dalam kamar Edeline, dan mendapati Edeline yang tengah bersiap.

“Apa kau sudah bersiap?” tanya Edeline ketika melihat penampilan Alyssa.

“Tentu saja,” jawab Alyssa cepat.

Alyssa juga akan ikut bersama mereka ke Milan hari ini. Ia tidak tahu mengapa Alexio bersikeras mengajaknya ke Milan. Terlebih lagi pria itu memerintahkan beberapa anak buahnya untuk menjaganya di Milan nanti.

“Aly, apa kau tahu tujuan kita pergi ke Milan?” tanya Edeline penasaran.

Sebab, Alexio tak sekalipun memberitahunya tentang hal ini. Pria itu benar-benar bungkam. Dan alasan klasiknya adalah ia tidak ingin meninggalkan Edeline sendiri di New York.

“A-aku juga tidak tahu,” jawab Alyssa seraya membuang pandangannya.

Sesungguhnya gadis itu tahu apa yang akan dilakukan Alexio nantinya. Sebenarnya ia melarang pria itu membawa Edeline. Sebab di sana akan banyak orang-orang gila yang sama dengan Alexio. Meskipun mereka hanya berdiam diri di dalam mansion, tidak menutup kemungkinan mereka akan mencium sesuatu yang menjadi kelemahan Alexio.

“Lebih baik kita berangkat sekarang,” ucap Alyssa seraya menggandeng lengan Edeline.

Edeline mengikuti langkah Alyssa yang berjalan di sampingnya. Baru saja mereka keluar kamar, mereka sudah dikejutkan dengan kedatangan Alexio. Pria itu nampak santai dengan kaos polo dan celana kain hitamnya. Jangan lupakan kaca mata yang bertengger di hidung pria itu.

Alexio mengulurkan tangannya, dan disambut Edeline. Perempuan itu menatap ke arah Alyssa, lalu dibalas anggukan gadis itu. Mereka bertiga berjalan menuju mobil masing-masing. Edeline terdiam sambil menatap jalanan kota New York di sebelahnya.

“Jangan pergi ke mana pun tanpa seizinku,” ucap Alexio tiba-tiba.

Hal itu membuat Edeline mengerutkan keningnya. “Kenapa?”

“Dee,” desis Alexio seraya mencengkeram erat kemudinya.

Edeline yang mendengar itu seketika mengangguk patuh. Meskipun ia begitu penasaran dengan apa yang dikatakan Alexio.

Sebenarnya tempat yang akan dikunjungi Alexio cukup berbahaya. Namun jika ia tidak mengajak Edeline juga, perempuan itu justru semakin dalam bahaya. Tak berselang lama, mobil yang dikendarai Alexio telah sampai di bandara. Pria itu keluar dengan Edeline yang berada di sebelahnya.

Mereka menaiki private jet milik keluarga Stolen. Dengan tenang Edeline duduk di kursinya, dan diikuti Alexio di sebelahnya. Alyssa juga duduk tak jauh dari tempatnya. Selama keberangkatan semuanya berjalan lancar dan tidak ada hal dikhawatirkan.

Belum ada setengah jam mereka terbang, Edeline sudah tertidur di bahu Alexio. Alexio yang melihat itu segera memindahkan tubuh Edeline ke dalam kamar. Sedangkan Alyssa nampak diam dengan ponsel digenggamannya.

Di saat Alyssa sibuk dengan ponselnya, gadis itu mendengar suara ponsel berbunyi. Ia menoleh ke samping, dan mendapati ponsel Alexio yang bergetar cukup keras. Mau tidak mau ia mengangkat ponsel itu.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang