34. where we go?

33.1K 1.6K 77
                                    

Edeline terdiam sembari menatap jalanan di sekitarnya. Setelah menyelesaikan urusannya, pun Alexio mengajaknya untuk pulang. Ia tidak tahu apa yang pria itu bicarakan saat diluar tadi, terlebih lagi ia melihat seorang pria yang ia yakini sebagai Rexton.

"Dee," panggil Alexio.

"Ya," seketika itu Edeline menoleh ke arah Alexio.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Alexio yang dibalas gelengan Edeline.

"Aku tidak memikirkan apapun." Jawab Edeline berusaha meyakinkan Alexio.

Alexio sedikit mengeratkan pegangannya disetir kemudi. "Really?"

Edeline mengangguk. "Ya, aku hanya melihat-lihat sekitar."

Setelahnya Alexio tak berbicara apapun dan melajukkan mobilnya menuju kediamannya. Sedangkan Edeline nampak bernapas lega ketika pria itu tak berkata apapun.

Selang beberapa menit, mereka telah tiba di penthouse milik Alexio. Alexio memarkirkan mobilnya sebelum ia menoleh ke arah samping. Ia sampai tak sadar jika Edeline telah terlelap dalam tidurnya. Dengan satu gerakan Alexio membawa tubuh Edeline dalam gendongannya. Tak lama Alexio telah sampai ke dalam penthouse miliknya.

Dengan hati-hati Alexio menaruh tubuh Edeline ke atas ranjang. Ditatapnya wajah tenang itu, hingga ia melihat bekas luka yang nampak memudar di pelipis perempuan itu. Sampai ia teringat bagaimana kesalnya ia waktu itu.

"Edeline apa kau sudah siap?!" pekik Alyssa tak jauh dari tempatnya.

"Ya! Aku siap!" jawab Edeline penuh semangat. Gadis kecil berumur dua belas tahun itu nampak siap di tempatnya.

Kali ini mereka akan memainkan permainan bola tangkap. Pun saat itu Alyssa melemparkan bolanya ke arah Edeline, dan ditangkap gadis itu dengan mudahnya.

"Sekarang giliranku!" ucap Edeline seraya melemparkan bolanya.

Mereka nampak senang bermain bola di halaman belakang rumah Alyssa. Di saat yang bersamaan, ada Alexio yang tengah menatap keduanya dari balkon kamarnya. Pria itu tengah membaca bukunya, namun buku itu nampak tak begitu menarik setelah melihat hal di bawahnya.

"Yes! Satu poin lagi untukku!" ucap Alyssa kegirangan.

"Aku tidak akan kalah," tekad Edeline seraya berancang-ancang ingin melempar bolanya.

Belum sempat Edeline melempar bolanya, gadis itu terpeleset kakinya sendiri hingga ia terjatuh, dan pelipisnya terbentur tanah. Alyssa yang melihat itu segera berlari ke arah Edeline.

"Edeline!" pekik Alyssa khawatir.

Edeline hanya terdiam sambil memegang kepalanya yang terasa pusing. Gadis itu tidak menangis atau apapun itu. Sampai ia merasakan sesuatu mengalir melewati pelipisnya. Edeline menyentuh cairan itu, dan mendapati cairan kental berwarna merah.

"Darah!" pekik Alyssa kencang seraya menitikkan air matanya.

Edeline meneguk ludahnya kasar. Gadis itu berusaha tenang, meskipun dirinya sangat ketakutan saat ini. Alexio yang melihat kejadian itu segera turun ke bawah.

"Aly aku tidak apa-apa." Ucap Edeline berusaha menenangkan Alyssa.

"Kita harus ke dalam dulu," Alyssa menggapai tangan Edeline, sebelum Alyssa melihat kedatangan Alexio.

"Cio! Edeline! Edeline terluka!"

Tanpa kata Alexio melihat keadaan Edeline. Saat itu ia menggeram marah ketika melihat cairan kental di dahi Edeline. Dalam diam Alexio menggendong tubuh Edeline, dan membawanya masuk ke dalam.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang