44. command

22.9K 1.2K 150
                                    

Edeline menatap Alyssa yang kini berada di sebelahnya. Kini mereka tengah bermain monopoli bersama. Tak hanya Alyssa, di sana juga ada ketiga teman Alexio, dan Alexio juga.

"Maju tiga petak hingga Amsterdam," seketika itu Alyssa menggerakkan pionnya ke arah negara Amsterdam. "Aku akan membelinya!" seru gadis itu kegirangan.

"Ey, ini tidak adil! Aku sudah membelinya bocah!" protes Dante tak terima.

"Siapa yang kau sebut bocah?!" sengit Alyssa seraya membulatkan matanya lebar.

Edeline yang melihat keduanya hanya bisa memijat kepalanya. Begitu pusing mendengar berbagai seruan dari keduanya. Di tengah kepusingannya, Edeline merasakan genggaman tangan dari Alexio.

Alexio berdiri diikuti Edeline. Perempuan itu tidak tahu ke mana Alexio akan membawanya. Ia hanya berjalan sambil mengikuti langkah lebar milik pria itu.

Edeline tersenyum lebar ketika Alexio membawanya menuju mobil pria itu. Tanpa kata Edeline memasuki mobil Alexio, ketika pria itu membukakan pintu untuknya. Alexio memasuki mobilnya, dan membawa kendaraan itu keluar dari mansion.

"Apa kita akan berjalan-jalan?" tanya Edeline seraya menatap ke arah Alexio.

"Hm, kau ingin pergi ke mana?" tanya Alexio seraya meraih tangan Edeline, lalu menggenggamnya.

Edeline terdiam sebentar seraya berpikir. Ia ingin pergi ke suatu tempat tapi ia lupa nama tempatnya.

"Tunggu sebentar, aku berusaha mengingat nama tempatnya." Ucap Edeline seraya berpikir keras.

Alexio yang melihat tingkah menggemaskan Edeline tak bisa menyembunyikan senyumnya. Pria itu membiarkan Edeline berpikir, sampai beberapa saat mereka tiba di tempat tujuan.

"Kenapa kita berhenti?" tanya Edeline keheranan.

Edeline terdiam, sampai ia melihat Alexio turun dari mobilnya, kemudian membukakan pintu untuknya. Edeline melepas seatbelt nya sebelum ia keluar dari mobil itu. Ia terdiam ketika mendapati tempat yang ia ingin kunjungi sebelumnya. Seketika itu Edeline menoleh ke arah Alexio dengan pandangan tak percaya.

"X, bagaiamana kau..." ucapan Edeline terhenti ketika pria itu mengecup bibirnya.

Alexio mengaitkan helaian rambut Edeline ke belakang telinga perempuan itu. "Apa kau lupa satu hal?"

Saat itu pula Edeline tersadar. Perempuan itu tersenyum kecil. "Kau selalu tahu tentangku."

"Right," jawab Alexio seraya meraih tangan Edeline dalam genggamannya.

Dengan lembut Alexio membawa Edeline ke sebuah taman yang dihadapannya terdapat lautan lepas. Battery park, sebuah taman umum yang terletak di ujung pulau Manhattan, dan menghadap New York Harbor.

Edeline tersenyum ketika melihat langit yang perlahan berubah menjadi orange kemerah-merahan. Senja, kini ia bisa menikmati langit senja tanpa adanya halangan apapun. Terlebih lagi ia bisa melihat matahari yang mulai turun ke arah barat.

"Beautiful sunset," gumam Edeline dengan senyumnya.

Alexio menatap Edeline yang begitu terpesona dengan pemandangan di hadapannya. "Apa kau begitu menyukainya?"

Edeline mengangguk seraya menoleh ke arah Alexio. "Cantik bukan?"

Alexio menggapai pinggang Edeline dan merengkuhnya lembut. "Kau jauh lebih cantik, Dee." Bisik Alexio yang membuat pipi Edeline seketika memanas.

Edeline tersenyum kikuk seraya menatap kembali matahari yang akan terbenam. Hingga Edeline merasakan suasana sekitarnya mulai terlihat gelap. Ia menatap ke arah Alexio kemudian menggandeng pria itu.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang