29. second

42.9K 1.6K 44
                                    

"Alexio, dia pria berhati dingin yang tidak pernah membuka perasaannya pada seseorang, kecuali pada satu orang." Ucap Alyssa seraya menatap ke arah Edeline.

Edeline yang mendengar itu terdiam, nampak tertarik dengan cerita Alyssa berikutnya.

"Kepribadiaannya tidak dapat ditebak. Terkadang ia bisa menjadi pria paling kejam yang pernah kau kenal. Namun di satu sisi, ia juga pria yang hangat. Tapi, dia hanya hangat pada mommy dan juga dirimu." Cerita Alyssa dengan setengah kesal.

Hangat. Jika dipikirkan, terkadang pria itu menjadi sosok yang teramat berbeda untuknya. Seolah pria itu memiliki dua kepribadian yang berbeda.

"Kau pasti sudah tahu bagaimana kejamnya Alexio. Bagaimana pria itu menyingkirkan orang-orang yang tak ingin dilihatnya. Meskipun ia tidak memperlihatkannya secara langsung, aku yakin kau tahu akan hal itu." Cerita Alyssa tanpa beban sekalipun.

Edeline terdiam tak ingin menyela setiap ucapan Alyssa.

"Dia juga pria yang begitu berbahaya. Mungkin saat ini, kau hanya melihat tiga puluh persen dari dirinya yang sebenarnya. Dia juga memiliki banyak musuh tak terlihat setiap saatnya. Hingga terkadang, aku muak melihatnya."

Tiga puluh persen. Itu angka yang cukup kecil. Namun, ia telah melihat sisi Alexio yang membuatnya takut tanpa alasan. Bagaimana jika ia melihat seluruh sisi, bahkan dunia yang pria itu miliki.

"Bisa dibilang tindakan pria itu sedikit nekat, ketika ia menempatkanmu di sisinya. Tapi aku yakin, dia akan melindungimu sepenuhnya dari para musuhnya. Meskipun, aku tetap kesal karena pria bodoh itu." Gerutu Alyssa yang membuat Edeline tertawa kecil.

"Apa kau juga sama?" tanya Edeline yang membuat Alyssa terdiam. "Entah mengapa, aku merasa kau juga memiliki sesuatu sama seperti Alexio."

"Itu,"

"Dee," Edeline tersentak mendengar panggilan Alexio. Ia sampai tidak sadar jika mereka telah sampai di penthouse.

Edeline menggenggam erat kedua tangannya. Entah mengapa, ia tidak ingin keluar dari dalam mobil. Banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya, dan ia ingin menanyakan hal itu pada pria di sampingnya.

"Aku akan segera kembali," ucap Alexio seraya mengecup puncak kepala Edeline.

Edeline tetap diam di tempatnya, sampai sebuah pertanyaan meluncur dari bibirnya. "Bolehkah aku ikut?"

Berharap Alexio akan mengizinkannya ikut kali ini. Namun sebaliknya, pria itu tersenyum sambil menggeleng.

"Kau tidak boleh ikut. Akan sangat berbahaya jika kau datang bersamaku." Ucap Alexio yang membuat Edeline semakin penasaran. Sampai ucapan Alyssa terngiang di benaknya.

"Dunia pria itu sangat berbeda denganmu. Jika kau adalah cahaya, maka pria itu adalah kegelapan yang sesungguhnya."

Edeline yang mendengar itu mengangguk. Ia tidak bisa ikut campur terlalu jauh, biar saja semua itu menjadi rasa penasarannya saja. Tak lama, Edeline keluar dari dalam mobil seraya melihat mobil Alexio yang perlahan menjauh.

Edeline merebahkan tubuhnya di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar. Banyak sekali pertanyaan dan juga misteri yang ingin ia ketahui. Terutama tentang pria itu.

"No, Edeline! Kau tidak perlu memikirkannya." Gumam Edeline seraya menepuk kedua pipinya.

Edeline melihat sekelilingnya, sampai ia merasakan ponselnya bergetar di dalam tas. Dengan malas, ia mengambil ponselnya dan mengangkat telepon itu.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang