36. Care

32.9K 1.5K 123
                                    

Edeline terlonjak kaget. Seketika itu ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Alexio yang berada di belakangnya. Edeline memegang dadanya seraya menetralkan pernapasannya.

"Aku hanya ingin minum," jawab Edeline seraya menundukkan kepalanya.

Sebelumnya ia sudah memeriksa jika pria itu masih tertidur sepenuhnya. Tapi mengapa pria itu bisa berada di sini.

Alexio tersenyum tipis, sebelum tangannya meraih apa yang ingin dicari Edeline. Edeline sedikit terhenyak, melihat Alexio menyodorkan sebuah obat kepadanya. Edeline menatap pria itu dengan pandangan bertanya, sampai ia mengambil obat itu dari tangan Alexio.

Ternyata benda yang ia lihat tadi adalah obat sakit kepala. Mengapa pria itu bisa tahu jika ia sedang sakit kepala. Dalam diam Edeline membuka kotak obatnya. Di saat itu, ia mendongak seraya melihat Alexio yang diam, sambil menyandarkan punggungnya dengan tangan bersedekap

"Thank you," ucap Edeline lirih.

Edeline kembali menunduk seraya mengambil gelas di sampingnya. Belum sempat meminum obatnya, tangannya telah dicekal Alexio. Ia mendongak dengan pandangan bertanya.

"Why?" tanya Edeline seraya menatap netra biru itu.

Tanpa kata Alexio mengambil obat di tangan Edeline. Perempuan itu mengerutkan dahinya ketika Alexio tiba-tiba memasukkan obatnya dalam mulut pria itu. Di saat Edeline ingin memprotes, Alexio meraih tengkuk Edeline kemudian mencium bibirnya. Didorongnya obat yang sebelumnya ia masukkan ke dalam mulut Edeline, pun Edeline tidak bisa memberontak ketika Alexio melakukan hal ini padanya.

Edeline mendorong tubuh Alexio menjauh ketika ia sudah berhasil meminum obatnya. Ia mengambil gelas di sampingnya, dan meneguk air mineralnya hingga tandas. Setelah selesai, Edeline terdiam sambil menatap Alexio yang tak kunjung pergi dari hadapannya.

"What do you want?" sedari tadi Alexio tak berkata apapun, dan hal itu membuat Edeline semakin was-was karenanya.

Dengan gerakan perlahan Alexio meletakkan kedua tangannya di samping tubuh Edeline. "You." Bisik Alexio lirih.

Edeline sedikit tercekat ketika mendengar ucapan Alexio. Tapi tak lama, ia berusaha untuk melawan pria itu.

"I want to sleep," ucap Edeline berusaha mendorong Alexio menjauh.

Tapi, hal tak terduga membuat Edeline memekik keras. Alexio, pria itu membawa tubuh Edeline ke atas meja kitchen bar. Edeline terdiam dengan napas tak beraturannya. Tanpa sadar kedua tangannya tengah berpangku di bahu telanjang Alexio.

"Dee," bisik Alexio seraya merengkuh pinggang Edeline.

"Ya," jawab Edeline lirih.

Alexio semakin merengkuh tubuh Edeline dan mendekatkan wajah mereka satu sama lain. "I just want you for whole of my life." Bisik Alexio yang membuat Edeline terpaku.

Edeline yang mendengar itu tak bisa berkata banyak. Sampai ia merasakan bibir Alexio menempel di atas bibirnya. Edeline memejamkan matanya ketika ciuman pria itu begitu lembut. Dengan sadar ia mengalungkan tangannya di leher Alexio.

Entah mengapa ciuman ini terasa memabukkan untuknya, terlebih lagi sentuhan lembut Alexio membuatnya tak bisa berpikir jernih.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang