32. be invaded

35.5K 1.6K 67
                                    

Edeline begitu khawatir ketika mendengar tembakan yang diarahkan ke Alexio. Tapi beruntungnya, tembakan itu hanya mengenai kaca spion milik Alexio. Ia tidak mengerti mengapa orang-orang itu mengejar mereka, terlebih Alexio.

Edeline memejamkan matanya ketika mendengar suara tembakan yang kedua kalinya. Alexio yang melihat Edeline pun segera mengambil pistol yang selalu ia bawa.

"Shit!" Alexio menambah laju mobilnya ketika orang-orang itu hampir berada di dekat mereka.

Edeline merasa dirinya tak bisa diam saja di saat seperti ini. Terlebih lagi, orang-orang itu jauh lebih banyak dari perkiraannya.

"Let me drive!" ucap Edeline seraya menatap Alexio.

"No! Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya." Desis Alexio seraya melajukkan mobilnya semakin cepat.

"X! Listen to me, kita harus bekerja sama di saat seperti ini. Aku akan menyetir dan kau bisa menghalangi mereka dengan pistolmu!" pekik Edeline, berharap Alexio akan mendengarkannya.

"No. That's my answer." Tekan Alexio seraya melepaskan tembakannya ke arah luar.

Edeline berdecak sebal ketika Alexio tak mau mendengarkannya. Sebenarnya ia tidak ingin berdebat lebih jauh, namun akan sangat berbahaya bila Alexio melakukan hal ini sambil menyetir.

"Kalau begitu aku akan melompat!" ucap Edeline setengah berteriak.

"Edeline!" pekik Alexio dengan amarah yang siap meledak.

"Let me drive." ucap Edeline dengan tatapan tajamnya.

"Fuck!" Alexio semakin melajukkan mobilnya, dan tak berselang lama ia menghentikan mobilnya sejenak.

Dengan secepat kilat kini mereka telah berpindah tempat. Edeline menancap gasnya, kemudian membawa mobil itu secepat mungkin. Alexio sedikit terkejut melihat kemampuan menyetir Edeline, meskipun ia tahu gadisnya memang bisa melakukannya.

Alexio mengambil pistol dan juga beberapa pelurunya. Tepat saat itu, ia melepaskan dua tembakannya ke arah mobil di belakangnya. Sedangkan Edeline, begitu fokus dengan jalanan di hadapannya.

"Shit!" Edeline semakin menancap gasnya ketika orang-orang itu mencoba mendekati mobil Alexio.

Dengan lihai Edeline menghalau orang-orang itu dengan gerakannya yang cepat. Pun ia bisa mengecoh mobil-mobil itu dengan beberapa gerakan mengemudinya. Di samping itu, Alexio juga sibuk membidik orang-orang itu menggunakan pistolnya.

Dua, lima, tujuh, hingga belasan tembakan berhasil Alexio layangkan. Mereka tidak berpikir siapa yang mereka lawan saat ini, terlebih lagi Alexio merupakan penembak paling jitu.

"Belok ke kanan," perintah Alexio pada Edeline.

Seketika itu, Edeline memutar kemudinya dan melajukannya secepat mungkin. Tanpa terasa mobil yang dibawa Edeline telah melewati keramaian. Itu artinya, mereka telah berhasil melumpuhkan orang-orang itu.

Edeline tersenyum senang ketika ia bisa membantu Alexio kali ini. Tidak sia-sia ia belajar mengemudi bersama Alyssa beberapa waktu lalu.

"Kau bisa berhenti di sana." Ucap Alexio seraya menunjuk papan tanda berhenti.

Seketika itu Edeline menghentikan mobil Alexio. Detik itu juga, Alexio membawa tubuh Edeline dalam rengkuhannya. Pria itu bersyukur gadisnya dalam keadaan baik-baik saja.

"I'm sorry, seharusnya aku tidak melibatkamu dalam hal seperti ini." Ucap Alexio seraya mengecup puncak kepala Edeline.

Edeline mendongak kemudian menangkup pipi Alexio. "Ini bukan kesalahanmu. Justru aku berterima kasih kau telah melindungiku dari orang-orang itu."

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang