17. Call

59.8K 2.3K 366
                                    

Warning⚠️ Chapter ini dapat membuat kamu gregetan
dengan tingkah Alexio! Awas! Jangan sampai kepicut!

Yuk absen dulu di sini👉

500 vote + 300 komen
buat next chapter!! kalau gak nyampek, nanti diteror si Alexio hohoho😈

Happy reading 💙

🦋🦋🦋

Setelah satu hari berada di rumah sakit. Kini Edeline sudah bisa kembali ke rumah, atau lebih tepatnya di kediaman pria itu. Gadis itu terduduk di ranjangnya ketika ia melihat Alexio berlalu lalang di kamarnya. Entah apa yang dilakukan pria itu, dan ia tak peduli akan hal itu.

Di saat Edeline akan beranjak dari ranjangnya, ia bisa mendengar suara gertakan tak jauh dari tempatnya.

"Where are you going?" Alexio menatap tajam tubuh Edeline yang memunggunginya.

Edeline bergeming sebentar. Sebelum dengan berani ia benar-benar bangkit dari ranjangnya. Gadis itu menghiraukan tatapan menghunus Alexio dan berjalan menuju kenop pintu. Hampir saja ia meraihnya, sebuah cekalan cukup kuat ia dapatkan.

Edeline memekik keras ketika Alexio tiba-tiba membalikkan tubuhnya, hingga berhadapan dengan pria itu.

Edeline menatap netra biru di hadapannya dengan muak.

"Bukankah aku pernah bilang. Jangan pernah melawanku, did you forget it Dee?" desis Alexio dengan napas yang membelai tengkuk Edeline.

Seketika itu tubuh Edeline terdiam kaku. Gadis itu berusaha melepaskan dirinya, namun hal berikutnya justru membuat dirinya tak bisa berkutik.

"Sekali lagi kau bersikap seperti ini. Jangan salahkan aku yang akan berbuat semakin kasar padamu. Atau lebih parahnya..." Alexio menjeda ucapnya seraya menggigit kecil cuping telinga Edeline. "Kau bisa membangunkan sisi tergelapku."

Seketika itu tatapan Alexio berubah semakin gelap tanpa Edeline sadari. Edeline berusaha mengembalikan kesadarannya ketika Alexio dengan sengaja meremas pinggangnya.

"Aku hanya ingin makan," ucap Edeline lirih. "Am I wrong?" dengan berani Edeline menatap Alexio seolah meminta penjelasan.

"No. Tapi kau harus tahu batasmu untuk melawanku." Seketika itu Alexio melepaskan kungkungannya pada tubuh Edeline.

Tak berbicara banyak, pria itu berjalan mendahului Edeline dengan gadis itu yang masih terdiam di tempatnya.

"Dee," dalam sekali panggilan Edeline langsung menggerakkan tubuhnya. Entah mengapa, seketika itu ia seperti anjing penurut, meskipun dibalik itu ia benar-benar lelah dan muak.

Edeline menatap jam yang tertera di dalam kitchen bar. Pukul sepuluh pagi. Ia jadi teringat, jika hari ini ia memiliki kelas di waktu itu. Dengan lesu gadis itu menjatuhkan kepalanya di atas meja. Entah mengapa, seketika itu ia jadi tak bersemangat.

Edeline berusaha berpikir, bagaimana caranya ia membujuk Alexio agar memperbolehkannya melanjutkan study-nya. Di tengah lamunannya, Edeline mencium aroma yang begitu menggugah selera.

Edeline menatap sepiring spaghetti bolognese yang telah tersedia di hadapannya. Ia menatap makanan itu sejenak, sebelum usapan di kepalanya membuat ia sedikit tersentak.

"Makanlah." Alexio menatap Edeline yang masih terdiam. Namun tak lama, gadis itu duduk dengan tegak seraya mengambil garpunya.

Edeline tergelak sebentar, ketika ia merasakan hal yang aneh di sini. Netra abu-abu nya menatap Alexio yang sibuk mencuci peralatan masaknya. Entah mengapa ia menjadi sedikit kagum melihat keahlian pria itu dalam memasak. Berbeda dengannya yang tak sepintar pria itu dalam urusan dapur.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang