31. Memory

35K 1.6K 38
                                    

“Edeline!” pekik Alyssa ketika Edeline berusaha menghindari kejarannya.

Sementara gadis berumur sepuluh tahun itu berlari dengan tawa khasnya. Edeline nampak senang ketika Alyssa berusaha menangkapnya, namun tidak bisa.

“Lin! Awas saja jika kau bisa ku tangkap!” pekik Alyssa seraya berhenti berlari. Ia begitu lelah mengejar Edeline yang begitu cepat darinya.

Edeline yang melihat Alyssa berhenti pun dirinya ikut berhenti. Ia tersenyum senang mendapati Alyssa tak bisa mengejarnya.

“Aly, jika kau tidak bisa menangkapku. Itu artinya kau tidak bisa mendapat ice cream.” Ucap Edeline dengan senyum lebarnya.

“Tidak. Aku juga akan mendapatkannya.” Setelah itu, Alyssa kembali mengejar Edeline.

Edeline yang melihat itu segera berlari, namun hal tak terduga membuat gadis itu terjatuh di atas tanah. Edeline terdiam sambil merasakan nyeri di lututnya. Sampai beberapa saat, ia merasakan tubuhnya melayang di udara.

“Oh,” Edeline terkesiap ketika mendapati kakak Alyssa yang melakukannya.

Edeline terdiam sambil menundukkan kepalanya. Tidak berani berkata apapun ketika melihat netra seterang lautan itu.

“Cio! Apa yang terjadi pada Edeline?!” tanya Alyssa tiba-tiba setelah melihat lutut Edeline terluka.

“Hanya terjatuh,” ucap Alexio tanpa menoleh ke arah Alyssa.

Edeline semakin menundukkan kepalanya ketika ia telah menyusahkan kakak laki-laki Alyssa. Tidak seharusnya ia terjatuh tadi, dengan begitu ia tidak akan ditolong pria itu.

“Terima kasih,” ucap Edeline ketika Alexio menurunkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu.

“Tidak perlu berterima kasih.” Ucapan dingin Alexio mampu membuat Edeline terdiam. Pun ia tidak berani menatap ke arah pria itu.

“Minggir! Biar aku yang mengobati luka Edeline.” Alyssa mendorong Alexio menjauh dan tak membiarkan pria itu menyentuh sahabatnya.

Di saat itu pun Alexio memilih untuk pergi dari tempat itu.

Brak!

Alexio membanting pintu kamarnya. Pria itu berjalan ke arah cermin seraya menatap pantulan wajahnya.

“Shit! Seharusnya aku tak membiarkannya terjatuh seperti itu.” Desis Alexio dengan tatapan tajamnya.

“Stupid! You’re so stupid Alexio!” pekiknya dengan napas memburu.

Edeline menyandarkan tubuhnya di antara rak perpustakaan. Entah mengapa kejadian beberapa tahun lalu berputar di pikirannya, dan hal itu tentang Alexio. Perempuan itu menggelengkan kepalanya seraya menatap buku-buku di hadapannya. Kali ini ia harus mencari buku tentang Ekonomi dan bisnis.

“Sepertinya aku membutuhkan ini.” Gumam Edeline ketika mendapat apa yang ia cari.

“Elin!” Edeline begitu terkejut ketika mendapati Olivia yang datang secara tiba-tiba.

“Olive, kau membuatku terkejut.” Ucap Edeline berbisik lirih.

Sorry,” jawab Olivia tanpa suara.

Tepat setelah itu, Edeline mengambil buku yang ia perlukan dan berjalan menuju tempatnya. Perempuan itu mengeluarkan beberapa buku dan juga alat tulisnya.

“Apa kau sedang mengerjakan tugas?” tanya Olivia berbisik.

Edeline menatap ke arah Olivia. “Seperti yang kau lihat.”

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang