Alexio mengelus surai Edeline, ketika perempuan itu tak kunjung bangun dari tidurnya. Hampir delapan jam lamanya, terlebih lagi ia melihat mata Edeline yang sedikit membengkak.
"Dee," bisik Alexio seraya mengelus lembut pipi Edeline.
Edeline yang sedikit terusik, pun membuka matanya perlahan. Perempuan itu menatap langit-langit di atasnya, kemudian beralih ke arah Alexio.
"Where is it?" tanya Edeline.
"Madrid," jawab Alexio seraya tersenyum simpul.
Edeline sampai lupa jika mereka tengah melakukan perjalanan ke Madrid. Edeline memutuskan untuk bangun dan duduk di atas ranjangnya. Kepalanya terasa sedikit pusing saat ini, terlebih lagi ia habis menangis sebelum tidur.
"Are you crying?" tanya Alexio, yang membuat Edeline sedikit terkejut.
Edeline terdiam sebentar, kemudian menggeleng kecil. "No, I'm not crying."
"Dee," tekan Alexio dengan pandangan menuntut jawaban.
"Seriously, I'm not crying." Jawab Edeline dengan kedua mata membulat penuh.
Edeline menunjukkan senyumnya agar Alexio berhenti bertanya apapun tentangnya. Pun saat itu, Alexio mengangguk meski dirinya tidak percaya akan jawaban Edeline.
"Okay, bersihkan dirimu dulu, lalu kita pergi untuk makan malam setelahnya." Ucap Alexio seraya mengecup puncak kepala Edeline.
Edeline mengangguk seraya melihat kepergiaan Alexio dari dalam kamar. Akhirnya ia bisa bernapas dengan lega, setelah menghadapi pertanyaan yang Alexio layangkan. Pun saat itu ia merebahkan tubuhnya, kemudian berganti posisi dengan cara tengkurap.
"Kenapa baru sekarang Daddy menghubungiku?" gumam Edeline dengan tatapan sendunya.
Hampir belasan tahun mereka tak bertemu karena perpisahan kedua orang tuanya. Pun sampai saat ini Edeline tak mengetahui kebenaran tentang perpisahan mereka.
"Haruskah aku mencari tahu?" gumam Edeline seraya menghidupkan ponselnya.
"Dee!" panggil Alexio dari balik kamar.
Saat itu juga Edeline segera berlari menuju kamar mandi. Ia tidak sadar jika Alexio akan tahu kalau ia belum melakukan apapun. Mendengar suara langkah kaki membuat Alexio tersenyum miring. Selalu, gadisnya tidak akan bertindak sebelum ia menggertaknya sekali.
Selepas mandi, Edeline menatap dirinya dalam pantulan cermin. Ia sudah mengganti bajunya dengan dress simpel berwarna putih gading.
"I'm ready," Edeline berbalik lalu keluar dari kamar.
Saat ia membuka pintu, ia bisa melihat Alexio yang telah berada di hadapannya. Perempuan itu sempat terkesiap sebentar, sebelum ia membuang pandangannya. Sampai Edeline merasakan lengan Alexio merengkuh pinggangnya.
"Beautiful," bisik Alexio seraya mengecup pipi Edeline.
Entah mengapa Edeline merasakan pipinya memerah saat ini, padahal pria itu hanya mencium pipinya.
"Thank you, you too." Ucap Edeline lirih di akhir kata.
Alexio yang mendengar itu tersenyum miring. "Seharusnya kau katakan, you're so handsome X, and I admire you." Bisik Alexio yang membuat pipi Edeline semakin memerah.
Tepat saat itu, Alexio menggandeng tangan Edeline dan membawa perempuan itu keluar dari hotel yang mereka tempati. Sepanjang perjalanan Edeline hanya menunduk sambil melihat tangan mereka yang saling tertaut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXIO [END]
RomanceSEQUEL "THE DEVIL WANTS ME" Bisa di baca terpisah [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 17+ Awal dari bencana ini di mulai ketika Edeline harus tinggal satu atap bersama keluarga Stolen, dan lebih parahnya ia harus menetap dengan pria...