20. Free?

45.9K 2K 80
                                    

Edeline masih tak menyangka jika Alexio akan mengabulkan keinginannya. Pun kini ia menatap pantulan dirinya yang telah siap untuk pergi ke suatu tempat. Gadis itu tersenyum simpul seraya membetulkan tatanan rambutnya.

"Apa kau senang?" Edeline berjengit ketika merasakan sebuah lengan melingkar di pinggangnya.

"Hm," deham Edeline seraya melirik sosok di belakangnya.

"Meski aku mengizinkanmu. Bukan berarti aku akan membebaskanmu begitu saja," bisik Alexio seraya mengecup cuping telinga Edeline. "Jangan melanggar aturan yang ku buat, atau aku akan semakin mengurungmu di dalam sini." Lanjut pria itu seraya memainkan helaian rambut Edeline.

Edeline yang mendengar itu terdiam. Ia sampai melupakan beberapa peraturan yang pria itu buat.

"I know," gumam Edeline seraya mengeratkan kedua tangannya.

"Good girl," ucap Alexio seraya mengecup pipi Edeline.

Tak berselang lama, mereka pun keluar dari dalam penthouse, dengan Alexio yang setia menggenggam tangan Edeline. Sedangkan gadis itu, menundukkan kepalanya ketika orang-orang tengah menatap ke arah mereka.

Alexio membawa Edeline dalam mobilnya, lalu melajukan mobil itu menuju tempat yang mereka tuju. Selama perjalanan Edeline hanya diam, sambil memikirkan apa yang harus ia katakan nantinya. Berbagai kemungkinan hinggap dibenaknya, sampai ia tak sadar jika Alexio telah menghentikan mobilnya.

Di saat Edeline ingin turun, pergelangan tangannya telah dicekal Alexio. Pun ia memutuskan untuk diam ketika Alexio tiba-tiba keluar, lalu membukakan pintu untuknya. Dengan terpaksa Edeline turun dengan Alexio yang berada di sampingnya. Saat itu pula perhatiaan orang-orang teralihkan padanya, atau lebih tepatnya Alexio.

"Jangan hiraukan mereka," bisik Alexio seraya menggandeng tangan Edeline.

Sepanjang perjalan Edeline menundukkan kepalanya, ketika orang-orang itu menatapnya dengan terang-terangan. Tak hanya menatap, mereka juga berbisik akan dirinya. Setelah mencapai lorong yang sepi, Edeline menarik tangannya dari genggaman Alexio.

"Aku bisa sendiri. Kau tak perlu mengantarku." Ucap Edeline seraya membetulkan tasnya. Ia tak ingin rumor tentangnya dan Alexio tersebar semakin luas di area kampus.

Tanpa peduli ucapan Edeline, pria itu meraih tangan Edeline dan membawa gadis itu menuju kelasnya.

"What are you doing?" Edeline begitu panik ketika Alexio tak mendengarkan ucapannya.

Sampai beberapa saat, mereka tiba di kelas Edeline. Pun orang-orang yang berada di ruangan itu, sungguh terkejut dengan apa yang mereka lihat. Ada yang percaya, dan ada yang tak menyangka dengan apa yang mereka lihat.

"Apa mereka memiliki hubungan?"

"Bukankah mereka tak pernah terlihat dekat sedikitpun?"

"Ya tuhan! Mereka ternyata sangat cocok."

Begitulah gumaman orang-orang yang mampu Edeline dengar. Sebelum Edeline melepaskan genggaman tangannya, dengan berani Alexio mengecup dahi Edeline secepat kilat. Pun detik itu juga pekikan terkejut terdengar dari orang-orang untuk mereka.

Dengan kasar Edeline melepaskan genggaman Alexio dari tangannya. Tanpa kata ia berjalan ke tempat duduknya, tanpa peduli bisikan orang-orang di sekitarnya. Edeline memutuskan membuka bukunya dan mencoba fokus pada bacaannya.

Dua jam telah terlewati, kelas yang dihadiri Edeline pun telah berakhir. Gadis itu juga bersyukur tidak ada satupun temannya yang bertanya tentang kejadian pagi tadi. Sampai ia mendengar pekikan nyaring dari seseorang.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang