Edeline memegang pipinya ketika ia teringat kejadian siang tadi. Diluar dugaan Alexio benar-benar menurutinya untuk bermain di bawah hujan. Sampai ia teringat pernyataan cinta Alexio beberapa waktu lalu.
"Ya tuhan! Aku harus bagaimana?" Edeline menutupi sebagian wajahnya menggunakan bantal.
Edeline tak bisa menghilangkan ingatan itu barang sedetik pun. Padahal mereka hanya bermain di bawah hujan. Namun entah mengapa hal itu membuatnya senang bukan main.
"Apa aku mulai mencintainya juga?" gumam Edeline seraya tersenyum simpul.
Selama beberapa bulan ini, banyak hal yang Edeline lakukan bersama Alexio. Setiap momen itu selalu terputar di memorinya begitu saja. Terlebih lagi sikap Alexio yang begitu manis sejauh ini, membuat Edeline selalu berdebar tanpa sebab.
"Dee," Edeline tersentak ketika mendapati Alexio yang sudah keluar dari kamar mandi.
"Ya?" jawab Edeline dengan wajah bingungnya.
Alexio tersenyum seraya mendaratkan kecupan manis di bibir Edeline. "You're so cute."
Edeline terdiam seraya memegang pipinya. Ia yakin kini pipinya sudah berwarna merah. Tak hanya itu, detak jantungnya mulai menggila untuk saat ini.
Alexio yang melihat hal itu segera merengkuh Edeline, kemudian mengecupi bibir perempuan itu bertubi-tubi.
"X!" Edeline berusaha menghentikan tindakan Alexio. "Stop!" Edeline mencengkeram rambut Alexio agar pria itu segera berhenti.
Namun yang ada, Alexio tak ingin berhenti dan terus menggoda bibir semerah cherry itu. Sampai ciuman panjang Alexio, membuat Edeline mulai menikmatinya. Edeline semakin mencengkeram rambut Alexio, ketika ciuman pria itu mulai beralih ke lehernya.
"Damn!" tepat saat itu Alexio menghentikan tindakan seraya menatap tatapan sayu milik Edeline.
"Fuck! You drive me crazy, Dee." Desis Alexio seraya mencengkeram tengkuk Edeline.
Edeline hanya terdiam sambil menangkup pipi Alexio. Ia bisa melihat gairah besar yang pria itu tunjukkan saat ini. Sampai satu ide kecil terlintas dibenak Edeline.
"Apa kau sedang menahannya?" bisik Edeline dengan senyumnya.
"Dee," geram Alexio, ketika gadisnya mencoba untuk menggodanya. "Don't tease me."
Edeline yang mendengar itu terkekeh kecil. "Aku tidak menggodamu."
Alexio sedikit mencengkeram pinggang Edeline. "But you—shit!"
Seketika itu Alexio bangkit dari atas tubuh Edeline dan berlari menuju kamar mandi. Sesungguhnya Edeline sangat ingin tertawa saat ini, namun di satu sisi ia juga merasa kasian pada pria itu.
"I'm sorry, X." Gumam Edeline dengan senyum prihatinnya.
Tepat saat itu, Edeline melihat ponsel Alexio yang bergetar. Perempuan itu hanya terdiam sambil meliriknya sebentar. Sampai beberapa saat, ia tanpa sengaja melihat sebuah pop up pesan dari seseorang.
+01879***
Saya sudah membereskan semuanya tuan. Dan juga, orang itu tidak bisa mengganggu nona lagi.Edeline terdiam dengan pikiran berkecamuk. Siapa yang dimaksud orang itu sebenarnya. Di tengah diamnya, Edeline kembali melihat sebuah pesan yang membuatnya cukup terkejut.
+015678***
Dia putriku satu-satunya. Sekali saja kau menyakitinya, aku tidak segan-segan memisahkanmu dengannya."Jangan bilang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXIO [END]
RomanceSEQUEL "THE DEVIL WANTS ME" Bisa di baca terpisah [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 17+ Awal dari bencana ini di mulai ketika Edeline harus tinggal satu atap bersama keluarga Stolen, dan lebih parahnya ia harus menetap dengan pria...