37. the truth

30.1K 1.4K 79
                                    

Edeline memundurkan tubuhnya ketika ia melihat seseorang yang tak dikenalnya. Perempuan itu sedikit was-was, mengingat ia tak tahu persis siapa pria ini sebenarnya. Dalam hati Edeline berharap Alexio segera datang menemuinya.

"Aku bisa mengantarmu jika kau mau," ucap pria itu dengan senyumnya.

Edeline tak ingin menanggapi ucapan konyol pria itu. Ia memilih menjauh dan mencari keberadaan Alexio. Pria yang melihat kepergiaan Edeline hanya bisa tersenyum lebar.

"Sial! Ia benar-benar cantik, dan menggemaskan." Ujarnya seraya melihat punggung Edeline yang semakin menjauh.

"Dasar pria aneh." Gerutu Edeline seraya melihat sekelilingnya.

Sampai ia merasakan tangannya ditarik seseorang. Seketika itu ia bernapas lega, ketika Alexio lah yang melakukannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" desis Alexio dengan tatapan tajamnya. "Bukankah sudah kubilang untuk menungguku di tempat tadi."

Beruntung Alexio melihat Edeline berjalan di hadapannya. Jika tidak, ia akan benar-benar kehilangan perempuan itu.

"Aku tidak suka berada di sana," ujar Edeline lirih.

Alexio melihat sekelilingnya, hingga pandangannya jatuh pada seseorang. "Aku akan mengurusnya."

Tepat setelah itu, Edeline menahan lengan Alexio. "What are you doing?"

"Memberinya pelajaran." Jawab Alexio tenang.

Seketika itu Edeline membulatkan matanya. Bisa gawat jika Alexio memukul pria itu di sini.

"Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu berurusan dengannya." Bujuk Edeline, berharap Alexio sedikit menuruti ucapannya.

Pun saat itu, Alexio memutuskan untuk fokus pada Edeline. Ia mengajak perempuan itu ke suatu meja bundar, yang tak banyak orang di dalamnya. Edeline duduk di kursi dengan Alexio di sebelahnya. Sampai kedua netra abu-abunya menatap seseorang yang terlihat seperti pemilik acara. Hingga sambutan kecil orang itu ucapkan di hadapan para tamu.

"Wellington," gumam Alexio yang membuat dahi Edeline berkerut.

"Apa dia yang mengadakan pesta ini?" bisik Edeline lirih.

"Hm, atau bisa dibilang pesta ulang tahun perusahaan mereka." Jawab Alexio seraya meneguk wine nya.

Kini Edeline paham mengapa Alexio harus menghadari pesta ini. Terlebih lagi orang itu nampak sangat berpengaruh saat ini.

"Aku akan mengajakmu pulang setelah ini." Ucap Alexio yang membuat Edeline menoleh ke arah pria itu.

Edeline mengangguk singkat sebelum pandangannya jatuh pada seseorang yang sudah turun dari atas panggung. Entah mengapa ia seperti melihat orang itu di suatu tempat, tapi ia sedikit tidak yakin akan hal itu.

Cukup lama Edeline termenung, sampai celetukan Alexio membuat perempuan itu sedikit tersentak.

"Kita pulang sekarang juga," ucapan Alexio membuat Edeline seketika berdiri dari tempatnya.

Di sepanjang perjalanan Edeline mendengar berbagai ucapan, terlebih lagi ucapan tentang Alexio dan juga dirinya. Namun ia memilih menghiraukan semua ucapan itu, sampai ia mendengar samar-samar nama seseorang yang nampak ia kenal.

Edeline berhenti sejenak. Hal itu membuat Alexio seketika menoleh ke arah Edeline.

"Dee, are you okay?" Edeline mendongak ke arah Alexio ketika pria itu memanggilnya.

"Ya, aku baik-baik saja." Jawab Edeline dengan senyum simpulnya.

Edeline kembali mengikuti langkah Alexio di depannya. Edeline sempat ingin menoleh ke belakang, tapi ia tidak bisa melakukan itu ketika terhalang banyaknya orang.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang