52. How's it end?

49.4K 1.5K 153
                                    

Edeline mencengkeram erat kemudinya ketika ia tanpa sengaja menabrak sebuah penanda jalan. Ia terdiam sebentar, sebelum netra abu-abunya melihat dua mobil anak buah Paul. Segera Edeline kembali mengemudikan mobilnya dan menghindari mobil-mobil di belakangnya. Ia tidak sadar jika sedari tadi Alyssa mencoba menyusulnya.

Damn!” Edeline kembali meringis kecil ketika ia merasakan darahnya mengalir cukup deras.

Edeline terus melajukan mobilnya menghindari mereka semua. Sampai tembakan beruntun ia dengar dari arah luar. Edeline mencoba menghindar segala tembakan yang mereka layangkan.

“X,” gumam Edeline dengan bibir bergetar. Ia sungguh ketakutan saat ini.

Edeline memutar kemudinya ketika tembakan itu tak berhenti menembak mobilnya. Sebisa mungkin ia menghindar, meskipun ia sangat ketakutan saat ini.

Stop it!” pekik seseorang tepat di belakang mobil Edeline.

Edeline menggeleng seraya melajukan mobilnya lebih cepat. Ia tidak akan berhenti sebelum mereka tak mengejarnya.

Fuck!” jerit seseorang yang mengejar Edeline.

Edeline tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas ia harus lari dari orang-orang itu. Ia tidak tahu harus ke mana, di saat ia tak memiliki tujuan satu pun. Sampai beberapa saat ia tidak sanggup untuk berkendara lebih jauh lagi. Tanpa pikir panjang, Edeline membelokkan mobilnya ke sebuah jalan yang tidak banyak dilalui orang. Perempuan itu segera keluar dari mobil, dan mencari tempat persembunyiaan.

Edeline terdiam seraya mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ia benar-benar lelah saat ini, terlebih lagi tenaganya sudah terkuras habis. Edeline memejamkan matanya ketika rasa sakit itu kembali ia rasakan.

“Kau harus bertahan, Edeline.” Gumam Edeline mencoba menenangkan dirinya.

Ia hanya berharap Alexio bisa menyelamatkannya kali ini. Edeline menyandarkan dirinya pada tembok di belakangnya. Kini ia tengah berada di sebuah bangunan kosong.

“Cari nona sampai dapat!” teriak seseorang di luar sana.

Seketika itu Edeline membulatkan matanya. Ia tidak menyangka mereka akan secepat ini menemukannya. Edeline berusaha tenang di saat dirinya benar-benar panik.

Please, go away!” gumam Edeline seraya melihat beberapa orang berusaha mencarinya.

Shit!” Edeline berusaha bangkit dari duduknya, ketika ia melihat mereka hampir mencapai tempat persembunyiannya.

Dengan sekuat tenaga Edeline pergi dari tempatnya, dan menghindari mereka semua. Belum sempat ia pergi menjauh, orang-orang itu telah berada tepat tak jauh di belakangnya.

“Itu dia!” teriak salah satu dari mereka.

Segera Edeline berlari ke sekeliling area itu, agar dirinya tak tertangkap oleh mereka. Edeline terus berlari berharap mereka tak mengejarnya lagi. Namun semua itu ternyata tak ada gunanya.

Damn!” rintih Edeline ketika salah satu dari mereka berhasil menangkapnya. Terlebih lagi, dengan sengaja orang itu menekan lukanya yang terbuka.

“Lepas!” desis Edeline berusaha melepaskan tangan orang itu dari pergelangan tangannya.

“Diam, atau kau ingin mati di sini sekarang juga.” Ucap salah satu anak buah Paul dengan kekehannya.

Edeline memejamkan matanya ketika ia melihat tangannya yang sudah berlumuran darah. Sial. Jika darahnya tidak segera diberhentikan, ia bisa mati sekarang juga. Sampai.

Dor! Dor! Dor!

Tubuh Edeline menegang ketika mendengar suara tembakan itu. Ia menoleh ke arah belakang dan mendapati Alexio tak jauh dari tempatnya. Tepat saat itu ia merasa bersyukur.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang