15. Bite

67.7K 2.4K 148
                                    

"Alexio!" panggil Clarissa ketika melihat kedatangan Alexio di dalam rumah.

Mendengar sang ibu memanggil Alexio, dengan cepat Alyssa menoleh. Gadis itu menatap lekat Alexio, namun pria itu seakan tak peduli. Selepas kepergian Alexio, Alyssa menatap ibunya sejenak sebelum mengejar pria itu.

"Alexio!" teriak Alyssa seraya berlari mengejar pria itu.

Pun Alyssa berhasil menggapai lengan Alexio, hingga membuat pria itu terhenti. Netra birunya menatap tajam Alyssa yang tiba-tiba mengacaukan pergerakannya.

"What do you want?!" desis Alexio dengan tatapan datarnya.

"Where's Edeline?!" tanya Alyssa tanpa basa-basi. Semenjak Edeline menghilang, gadis itu yakin ada campur tangan Alexio di dalamnya.

"Not your business," tekan Alexio dengan tatapan semakin tajam.

Dengan sekali hentak Alexio melepas pegangan Alyssa di tangannya. Detik itu juga Alyssa terpaku dengan perilaku Alexio. Tak ingin menyerah, gadis itu menghadang Alexio dengan tatapan tak kalah tajam.

"Katakan di mana dia! Dia sahabatku dan aku berhak tahu di mana dia berada!"

Alexio tetap diam tanpa menghiraukan setiap perkataan Alyssa. Di saat Alexio ingin menghindar, Alyssa tetap menghadang dirinya.

"Go away!" desis Alexio dengan gigi saling bergemelatuk.

"No! Before you tell me—" Alyssa meringis ketika Alexio tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya.

"Jangan membuatku marah, Alyssa." Tekan Alexio dengan tatapan setajam elangnya.

Tak lama Alexio melepaskan cengkeramannya, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Menghiraukan Alyssa yang masih terdiam kaku di luar sana.

"Where are you Edeline?" gumam Alyssa dengan perasaan cukup gundah.

🦋🦋🦋

Edeline mengerutkan keningnya, merasakan sinar matahari yang menelisik masuk ke dalam kornea nya. Gadis itu membuka matanya tak lama kemudian. Ia menatap sekitarnya hingga ia teringat beberapa hal.

Dengan cepat Edeline membuka selimutnya. Ia begitu terkejut ketika tubuh atasnya tidak tertutup apapun, namun ia sedikit bersyukur masih mengenakan celana dalamnya.

Gadis itu pun bangkit dari ranjang dan berlalu menuju kamar mandi. Tak berselang lama Edeline keluar dengan dress selutut yang ia ambil secara asal. Kakinya melangkah menuju pintu, dan seperti dugaannya pintu itu terkunci begitu rapat. Lagi, harus berapa lama ia terpenjara seperti ini.

Edeline pun memutuskan untuk duduk di pinggir ranjang. Netranya menelisik setiap sudut kamar, sampai suara pintu terbuka membuatnya cukup terkejut. Gadis itu mendapati seorang wanita paruh baya dengan senyum lembutnya.

"Maaf, anda siapa?" tanya Edeline dengan wajah kebingungannya.

Wanita itu mendekati Edeline dengan nampan di tangannya. Ia menaruh nampan itu di samping Edeline.

"Saya adalah suruhan tuan Alexio. Tuan menyuruh saya untuk menjaga nona selagi tuan pergi." Jelas wanita itu seraya membungkukkan badannya sedikit.

Edeline mengangguk kemudian tersenyum simpul. "Terima kasih untuk makanannya bibi..."

"Gwen, anda bisa memanggil saya Gwen." Ucap Gwen seolah tahu kebingungan nona nya.

"Terima kasih bibi Gwen atas makanannya." Ucap Edeline dengan senyum simpulnya.

"Kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu nona." Di saat Gwen ingin berlalu, panggilan dari Edeline membuat wanita itu terdiam.

"Bibi, bolehkah aku keluar?"

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang