16. sick

67.5K 2.5K 154
                                    

Hampir seminggu Alexio tak menghadiri kelasnya. Kini pria ber-netra biru itu berjalan di sepanjang koridor dengan beberapa buku di tangannya. Beberapa mahasiswi yang melihat kedatangan Alexio seketika berhenti, dan memperhatikan setiap gerak-gerik putra sulung keluarga Stolen itu.

"Damn! Kenapa dia semakin tampan!" ucap seorang gadis berambut blonde dengan crop top dan rok pendeknya.

"Dan jauh lebih hot!" sahut seorang gadis dengan lipstik merah menyalanya.

Dengan santai Alexio menggulung kemejanya dan memasuki sebuah ruangan. Kedatangan pria itu lagi-lagi membuat sebagian orang menatapnya dengan pandangan memuja. Alexio seolah tak peduli dengan berbagai tatapan itu, ia justru membuka bukunya dan membacanya dalam diam.

Jika bukan karena perintah Mommy-nya, ia tak akan mau datang ke kampus dan mengikuti kelas pagi ini. Sebab tanpa datang ke kampus pun, ia bisa melakukan pekerjaannya dengan sangat baik.

Ia ingat jika ibunya sempat berkata ditelpon.

"Alex, hanya beberapa bulan saja. Setelah itu kau bisa melakukan apapun yang kau mau." Ucap Clarissa di telepon beberapa waktu lalu.

Tanpa membantah sedikitpun Alexio menyetujui ucapan Clarissa. Dan kini ia telah duduk sambil menunggu seorang dosen, yang sialnya tak cukup berguna untuknya.

Di tengah diamnya, Alexio membuka ponselnya kemudian mengetik sesuatu kepada seseorang.

Bawa dia ke tempat biasa. Habisi dia tapi biarkan dia tetap hidup.

X : Baik, tuan.

Alexio tersenyum miring, sebelum ucapan dari seorang pria paruh baya mengalihkan atensinya. Dia, Mr. Edward yang akan menjadi dosennya pagi ini.

Hampir dua jam lamanya ia memperhatikan setiap penjelasan pria tua itu. Dan dalam dua jam itu, ia merasa sia-sia mendengar setiap perkataannya. Karena ia sudah tahu sebelum pria itu menjelaskannya.

Dengan tubuh tegapnya Alexio keluar dari kelas dan disambut oleh ketiga temannya. Pria itu sempat terkejut, namun ia dapat menutupinya dengan baik.

"Alex! Kau pergi ke mana saja?!" ucap Dante seraya memegang kedua pundak Alexio.

Alexio menatap tajam Dante. Dante yang menyadari itu pun segera melepaskan tangannya. Sebelum ia mendapat masalah dan dihabisi pria itu di tempat.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu," ucap Kendrick tiba-tiba.

Seolah tahu apa yang akan Kendrick bicarakan, pria itu mengubah raut wajahnya semakin dingin.

"Ke tempat biasa," ucap Alexio seraya berjalan mendahului mereka.

Mereka yang paham dengan situasi tersebut, segera mengikuti langkah Alexio. Raut wajah ketiganya pun seketika berubah menjadi tajam nan dingin.

🦋🦋🦋

Edeline duduk di atas ranjang dengan pandangan yang mengarah ke televisi. Sama seperti hari-hari sebelumnya, pria itu tidak membiarkannya keluar sedikitpun dari kamar. Terpenjara, satu kata yang bisa mendeskripsikan dirinya sekarang ini.

Sampai ia ingat permohonan kecil yang ia minta dari pria itu.

"Alex!" panggil Edeline, ketika ia tahu bahwa Alexio akan pergi keluar setelah ini.

"Why?" balas Alexio seraya merapatkan tubuh Edeline kearahnya.

Edeline menahan napasnya ketika pria itu sedikit mencondongkan tubuhnya ke arahnya.

"Aku ingin meminta satu hal," ucap Edeline dengan pandangan was-was, takut jika pria itu tak menyetujuinya.

"Katakan." Jawab Alexio dengan pandangan tak lepas dari netra abu-abu itu.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang