16. HEALING

122 21 0
                                    

Hai! Absen dulu yuk;💓💓
Kalian bisa check postingan di
Ig:wattpaddluvkyuru_

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Kenapa nggak ajak Juan ke rumah?"

Septha yang masih mengantuk, spontan membuka mata lebar-lebar. Dia gak salah dengar kah? Apa mungkin ini efek karena bangun pagi-pagi, otaknya jadi agak lemot. "Maksudnya Bun?"

"Daripada nanti bolak-balik dari Kromong ke sini, jauh loh."

"Bunda serius?"

"Iya, tapi gak boleh aneh-aneh loh!"

Septha masih tidak bisa mempercayainya. Bagaimana pagi ini bundanya berhasil membuat hati Septha porak-poranda. Jujur, kepalanya terasa agak pusing karena menerima berita yang benar-benar membuat syaraf-syaraf di otak Septha langsung bekerja keras.

Septha menepuk jidatnya sendiri. Sampai Juan benar-benar datang, dan masuk ke dalam rumahnya. Suasana canggung menyertai mereka berdua. Septha tidak tahu harus memulai bagaimana, sedangkan Ambar masih juga belum selesai memarkirkan sepedanya. Dan Juan juga diam saja, cowok itu bingung dengan sikap apa yang biasanya terjadi di situasi seperti ini. Ia tidak pernah menghadapi hal seperti ini seumur hidupnya. Benar, hari ini adalah pertama kalinya.

Pertama kalinya Juan datang ke rumah seorang gadis, selain sepupunya.

Setelah Ambar berhasil memarkirkan sepeda motornya, Septha masuk ke dalam kamar. Tidak lama ia kembali membawa sesuatu di tangannya, lalu mengambil duduk di antara Ambar dan Juan. "Aku gak punya ide mau ngelakuin apa, jadi daripada gabut mendingan ngerjain tugas aja." Septha menjelaskan sembari meletakkan alat-alat lukisnya di meja.

"Aku belum ngerjain sama sekali." Juan menampilkan deretan giginya.

"Aku juga!" sahut Ambar.

Septha mendengus ke arah Ambar, "Kalau kamu sih, aku emang udah hapal. Kebiasaan suka ngerjain pas udah mepet waktu ngumpulin."

Ambar menjentikkan jarinya, "Nah! kenapa kita harus teladan banget? Sekali-kali malas."

Sepertinya Ambar salah mengambil langkah, yang langsung masuk jurang. Jelas Septha seketika memberikan cibiran, "Halah, kamu mah bukan sekali-kali tapi malas setiap hari."

Ambar tertohok dengan fakta yang dibeberkan Septha. Gadis itu sudah tidak bisa memberikan komentar apa-apa, selain melihat langit-langit untuk mengalihkan perhatian. Sampai-sampai Juan pun tidak berani ikut-ikutan menambahi atau menengahi perdebatan keduanya. Bisa-bisa ia habis disini.

"Gambar batik apa ya?" Septha mengetuk-ngetuk dagunya, tidak peduli dengan kedua orang itu.

"Yang mudah aja Sep!"

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang