11. CEMBURU?

230 42 2
                                    

Hai! Absen dulu yuk;
Siapa yg udh nungguin cerita ini?

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"NGGAK YA! MANA ADA?" pekik Septha tidak terima.

"Iya dia sendiri yang bilang kemarin, mana pede banget lagi pas ngomong." Gelak tawa menyelingi setiap kata yang Maret ucapkan. Mengingat kembali pernyataan yang tidak disangka dari Arlo kemarin benar-benar membuat perutnya sakit.

"Hahaha, Septha suka sama nerd kayak gitu!" Wella ikutan mengejek, seraya menyikut lengan Septha.

"Ngaco aja si Arlo," Septha masih terbawa emosi. "Gini loh Mar, biar gak ada fitnah disini. Sebenernya Arlo itu mantan temenku pas jaman masih SMP, aku yang biasanya bantuin dan temenin dia pas apel. Cuma itu aja, aku gak pernah ngobrol sama Arlo. Bahkan tadi itu pertama kalinya kita saling bicara." Septha menjelaskan panjang lebar. Gadis itu tidak ingin ada kesalahpahaman. Bisa-bisanya, darimana Arlo bisa menyimpulkan seperti itu?

Septha tidak habis pikir.

"Haha, gak tau lah. Tapi yang jelas Sep, aku harus ngepel lantai dong kemarin!" pekik Maret frustrasi.

Sekarang, ganti Septha yang menertawakan temannya itu.

"Kasian," ujar Septha dan Wella berbarengan.

Sontak membuat Maret mendengus kesal. Keluhan itu harusnya perlu diberi dukungan, bukan malah dikasihani seperti ini. "Nanti dia kesini lagi," katanya.

Septha mengencangkan tasnya. "Belum kelar tugas powerpoint-nya?" Langkahnya terasa berat, ditambah cuaca yang panas membuat keringat membasahi pipinya.

"Belum anjir!" sahutnya dengan intonasi mengeluh. "Tiga jam dirumahku cuma full ketawa loh Sep, gak habis pikir aku."

Septha terdiam. "Nanti aku gak kesana."

"Loh, kenapa?"

"Kamu gak liat? Kemarin dia kayak ketakutan gitu pas aku datang."

"Nada emang gitu Sep, bahkan sama cewek-cewek di kelas aja dia takut."

"Iya, Ari tadi juga bilang kalau dia keliatan takut banget sama aku."

"Percaya kok sama Ari. Gak ingat dia suka godain kamu gitu," intonasi Maret kali ini terdengar lempeng. Seolah sudah hafal dengan kebiasaan Septha dan Ari yang sering bertengkar kalau disatukan.

Mendengar penjelasan Maret yang dirasa agak masuk ke dalam akal, Septha mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya juga ya, ngapain aku percaya sama omongan dia. Cepuin ke Alya sabi kali."

"Oke aku dukung." Maret menjentikkan jarinya, "By the way, ternyata Nada itu bukan orang Jawa loh!"

Langkah kaki Septha langsung terhenti. "Hah, emang darimana?"

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang