28. SEMBUNYI

115 20 2
                                    

Hai! Absen dulu yuk;💓💓
Siapa yang besok udah PAS? TETAP SEMANGAT BELAJAR YA!!
Kalian bisa check postingan di
Ig:wattpaddluvkyuru_

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

****

Juan tersentak, kala ponselnya diambil secara paksa oleh seseorang.

"Siapa ini?" tanya wanita itu.

Juan sempat terdiam, sebelum akhirnya menjawab. "Pacarku."

"Putusin."

"Tapi, kenapa Bu?"

Tepat setelah pertanyaan itu terlontar, sebuah tamparan keras mendarat pada pipi cowok itu.

"OH, SUDAH MULAI BERANI MEMBANTAH KAMU?"

Juan memejamkan mata, menahan emosinya. "Aku bukan robot yang selalu bisa menuruti perintah Ibu. Juan juga butuh seorang teman."

Satu tamparan kembali dilayangkan.

"Karena dia, kamu sudah jadi anak nakal. Tidak mau nurut lagi ke ibumu, huh? Mau jadi apa kamu?"

Laki-laki itu memegang pipinya, terasa panas akibat ayunan tangan yang dihantamkan dengan keras.

Wanita itu berjongkok, mengelus rambut putranya. Perlahan, usapan itu berubah. Wanda bahkan menarik rambut Juan dengan kasar. "Tidak ada yang boleh mengambil alih posisi ibu."

"Tidak ada yang mengharapkan kehadiran kamu di dunia ini. Dia hanya terpaku sama wajah kamu saja, Nak. Jadi, sadar diri lah. Lebih baik, ikuti apa kata ibu dan jadi anak yang baik!" Setelah itu, wanita ini menghempaskan begitu saja. Meninggalkan Juan yang meringkuk ketakutan, sendirian di dalam kamar. Mengunci pintu dari luar. Seperti biasa.

Di sisi lain, Juan yang masih stagnan pada posisinya tersentak kala pintu kamar kembali terbuka. Menampilkan sebuah presensi yang menjulang tinggi.

"Kakak, bagaimana kabarmu?"

Laki-laki itu malah memilih untuk membuang muka. Enggan menatap sosok di depannya saat ini. "Kenapa kamu kembali lagi?" tanyanya acuh.

Nada yang dilempari pertanyaan itu lantas menarik sebelah sudut bibirnya. Berucap sembari kaki yang melangkah lebih jauh, "Sejujurnya, aku sedikit kangen sama dia."

"Jangan coba-coba sentuh dia," desis laki-laki itu tajam.

Respon dari Juan sukses mengundang gelak tawa keluar dari bibir Nada. Puas dengan reaksi yang ditampakkan. "Tenang saja, lagipula dia bukan seleraku."

"Sekali lagi, aku peringatkan. Jangan pernah coba-coba untuk menyentuhnya sedikitpun, atau aku pastikan kamu tidak akan hidup tenang."

Nada menaikkan sebelah alisnya, "Kamu berani mengancam adikmu?" tanyanya meremehkan.

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang