04. SALAM BERUJUNG SALTING

231 63 7
                                    

Hai-haiii!!! I'm back!

Bagaimana kabar kalian?

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!

"Tuan, senyuman darimu membuat sesuatu yang tak pernah kuharap tiba-tiba bertamu tanpa izin ke dalam kalbu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan, senyuman darimu membuat sesuatu yang tak pernah kuharap tiba-tiba bertamu tanpa izin ke dalam kalbu."

****

"Septha, kamu coba pindah ke sebelahnya Nada."

Tanpa ba-bi-bu, Septha langsung bergeser begitu saja. Tidak ingin memprotes apapun. Ia melirik sekilas ke arah Nada, cowok itu ternyata juga sedang menatapnya. Septha segera memalingkan wajah, merasa seperti seorang maling yang tertangkap basah.

"Sekarang, coba kalian semua lakukan sikap sempurna!" titah Kak Febry. "Fery, kamu mau coba jadi pemimpin?"

Fery hanya cengengesan, tapi juga tidak menolak. Ia langsung berlari dan berdiri tegak di depan teman-temannya.

"Siaaaaap grak!"

Seluruh anggota gugus Mataram Kuno seketika tertawa terbahak-bahak, ketika mendengar suara teriakan Fery yang seperti tikus pada kata 'grak'. Disisi lain, Septha malah jadi malu sendiri. Pasalnya tidak hanya gugusnya saja, hampir semua gugus berkumpul di lapangan ini. Mereka berlatih dengan keras dan niat, berbeda dengan gugus Mataram Kuno yang menjadi tontonan menghibur disana.

Septha langsung menoleh, berbisik ke arah Wella yang berada tepat di belakangnya. "Aduh! Entah kenapa aku tiba-tiba jadi malu."

"Nyesel aku pernah sekelas sama Fery dulu," ujar Wella tersenyum kecut.

Septha tertawa kecil, namun sedetik kemudian ia menyesal sudah tertawa karena tiba-tiba salah satu kakak OSIS menegurnya.

"Tangannya mengepal Dek, seperti memeras santan."

Septha seketika memasang tersenyum kikuk, melirik ke arah sampingnya. Nada tengah terlihat menahan tawanya, membuat Septha jengkel dengan cowok itu. Ternyata Nada mengejeknya.

"Hormaaaat graaak!"

Lagi-lagi, mereka dibuat tertawa terpingkal-pingkal karena suara cempreng Fery. Benar-benar memekikkan telinga, dan juga lucu. Septha yang sedang melakukan sikap hormat jadi cekikikan sendiri.

"Ayo-ayo! Fokus semua!" ujar kakak pasko sembari mengecek satu persatu. "Dek, ini seharusnya tangan kamu lebih lurus lagi ya."

Septha menoleh ke sebelah, ternyata Nada ditegur karena tangannya yang bengkok saat hormat. Seketika gadis itu memasang senyum meledek ke arah cowok itu. Dalam batin ia berkata,

"Mampus! Kena karma kamu!"

Dan begitulah hari mereka dilewati, berbaris di tengah lapangan. Selama dua jam, hanya untuk berlatih baris-berbaris. Benar-benar melelahkan. Jam pun berdentang, jarum panjang menunjukkan pukul setengah dua siang. Waktunya bagi para siswa-siswi untuk kembali ke kelas dan bersiap untuk upacara apel pulang.

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang