20. PRAMUKA

141 24 0
                                    

Hai! Absen dulu yuk;💓💓
Kalian bisa check postingan di
Ig:wattpaddluvkyuru_

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Acara pelantikan Pramuka ke tingkat Penegak membuat siswa-siswi kelas sepuluh SMA Atmaja kalang kabut. Semua orang sibuk mencari bahan-bahan yang akan mereka bawa untuk besok.

"Sibuk banget, ya?" tanya Septha, sejak tadi Juan terlihat bolak-balik online, sampai-sampai salah chat yang menanyakan tentang minyak untuk sangga malah terkirim ke Septha.

Sedangkan di seberang telepon, Juan hanya mengulas senyum tipis. "Agak sih, soalnya aku yang jadi pinsa di sanggaku."

"Wah, selamat dong!"

Lantas membuat Juan mengernyitkan alisnya. "Kenapa malah jadi selamat? Harusnya kata-kata itu diganti sama kata kasian," tanyanya keheranan.

"Selamat karena telah menanggung beban sangga!" jawab Septha seraya tertawa puas.

"Gak mau, ah! Mereka gak ada manfaatnya. Nanggung beban kamu aja boleh gak sih? Kasian harus bawa berat-berat," cowok itu terkikik geli mendengar gombalan yang ia lontarkan untuk Septha. Sejak kapan Juan jadi bucin seperti ini?

"Aku gak bakal nolak sih," kata gadis itu. "Tapi... lebih baik nanggung beban berdua. Biar kita bisa ngerasain gimana beratnya bersama."

Percayalah, saat mengatakannya Septha sendiri jadi tersenyum geli. Agak aneh mendengarnya berkata-kata manis seperti itu.

"Asekkk! Sang Ice Princess mengeluarkan kata-kata mutiaranya."

"Dih, apa sih!" Disebut putri es, bukannya benci gadis itu malah sedikit tersanjung dan salah tingkah sendiri.

"Kamu ke Soku?" tanya Juan kala menerima gambar dari Septha yang menunjukkan kalau sekarang gadis itu tidak berada di rumah.

"Iya, ada beberapa barang yang masih belum dapet."

"Sama siapa?" tanya cowok itu lagi, entah tiba-tiba sifat posesifnya datang darimana.

"Sama Bunda."

Diam-diam Juan menghela nafas lega. "Oh, kirain sendirian."

"Bisa-bisa digetok pake sendal sebelum ijin," jawab Septha dengan memasang muka datar. Aneh-aneh saja, bundanya mana tega membiarkan anak semata wayangnya pergi jam sembilan malam begini. Walaupun Septha pergi di siang hari saja sudah diintrogasi layaknya maling.

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang