15. MELAWAN

143 23 0
                                    

Hai! Absen dulu yuk;💓💓
Kalian bisa check postingan di
Ig:wattpaddluvkyuru_

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Perasaan Septha jadi campur aduk. Melihat pesan terakhir yang dikirimkan Juan tadi malam. Rasa bersalah tiba-tiba merasuki relung hati. Berulang kali gadis itu menghela nafas panjang. Sampai-sampai membuat sang bunda bertanya-tanya.

"Kamu kenapa, Sayang?"

Septha menggeleng pelan. "Nggak apa-apa kok Bun."

"Ada masalah sama Juan?"

"Nggak ada," Septha menundukkan wajahnya. "Cuma kadang, aku takut untuk menjalani suatu hubungan. Apalagi kalau kita makin deket kayak gini."

"Takut ditinggal?" tebak Ayul. Melihat respon Septha yang masih terdiam membuat wanita itu membuang napas, lalu memegang kedua bahu putrinya. "Dengerin Bunda, nggak semua cowok itu hanya penasaran sama kamu. Ada beberapa di antara mereka yang beneran sayang. Kalau kamu terus-terusan memakai sudut pandang 'semua orang sama, tidak ada yang tulus' atau 'mereka hanya memanfaatkan saja', sampai kapanpun kamu nggak akan menemukan orang yang tulus."

Mendengar penuturan bundanya, Septha menoleh dengan raut wajah bertanya-tanya. "Karena mereka sudah menyerah untuk mengubah pemikiran kamu," imbuhnya memberi jawaban.

Gadis itu masih terdiam, mencoba mencerna ucapan sang bunda. Sampai ada suara motor yang berhenti di depan pagar rumah. Kedua insan itu seketika menengok, ternyata Ambar sudah datang seraya melambai-lambaikan tangannya. "Septha berangkat dulu Bun."

Ayul menganggukkan kepalanya, kemudian mengantar sang putri sampai di depan gerbang rumah.

"Lagi badmood?" tanya Ambar kala mendapati ekspresi Septha. Tidak seperti biasa, walaupun Septha sering memperlihatkan raut wajah dingin Ambar masih bisa membedakan kapan saat Septha benar-benar muram. Auranya terkesan berbeda.

Lebih serem dari biasa.

Septha menggelengkan kepalanya, "Tumben jemput." Gadis itu mengalihkan topik.

"Iya tadi iseng aja liat rumah kamu buka, jadi sekalian mampir. Eh, kemarin aku ke rumahnya Anton loh! Sumpah itu pertama kalinya aku pergi ke sana, setelah sekian lama LDR terus."

"Oh, iya kah?" Septha hanya menanggapi seadanya. Pikirannya masih kalut dengan Juan. Mungkin cowok itu benar-benar akan menjauhinya, yah mau bagaimana lagi semua sudah terlanjur. Septha hanya bisa pasrah. Toh jika memang benar hal itu akan terjadi ia sudah tidak kaget lagi, karena dari awal semua memang diluar rencananya. Sampai di parkiran, ia merasakan ponselnya bergetar. Menandakan ada notifikasi yang masuk.

Juaann>< : udah sampai sekolah?

Sepertinya, Septha benar-benar harus merenungkan kembali ucapan bundanya.

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang