24. TEMAN?

101 20 2
                                    

Hai! Absen dulu yuk;💓💓
Kalian bisa check postingan di
Ig:wattpaddluvkyuru_

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Bunda... kapan ayah bakalan pulang?" tanya gadis kecil berbando merah itu.

Sang Bunda tampak melirik ke arah pintu rumah yang masih terbuka lebar, guna memastikan apakah ada tanda-tanda akan segera tiba. "Sabar ya Sayang, kamu tidur aja dulu. Ini udah malem, ayah nanti pasti pulang kok."

"Tapi Septha pengen nungguin Ayah sampai pulang," pinta gadis berusia empat tahun itu tetap kekeuh dengan pendiriannya. Padahal sejak tadi ia tidak berhenti menguap, kedua mata memerah karena mengantuk.

Ayul menghela nafas panjang. Tidak lama, terdengar suara langkah kaki yang berhenti di depan pintu. Kemunculan presensi seseorang dalam kegelapan malam.

"AYAH UDAH PULANG!" pekiknya seraya berjingkrak senang. Senyumannya seketika merekah, seolah melupakan rasa kantuk yang sempat menyerang. Anak kecil itu segera menghampiri pria yang masih tidak bergeming dari tempatnya. "Ayah, ayah! Lihat, bando pita ini. Bunda kemarin yang beliin bagus apa enggak?"

Pria itu hanya melirik sekilas, kemudian menatap wanita yang berdiri tepat di belakang putrinya. "Buat apa kamu beliin dia itu? Septha gak pantes pake begituan," ujarnya dengan tatapan dingin.

Gadis itu melirik ke arah bundanya yang juga terdiam. "T-tapi Yah---,"

"Bagaimana hafalan kamu?"

"I-itu..., untuk surat yang selanjutnya masih kurang lancar. Tapi yang sekarang udah kok---,"

"Gak berguna, masih pinter adik sepupumu. Apa yang bisa Ayah harapkan dari kamu. Kalau tetep aja gak ada kemajuan, Ayah akan kirim kamu ke pesantren."

Hal itu sukses menjadi tamparan keras bagi gadis itu. Kedua mata yang semula berbinar-binar, kini menatap kecewa ke arah ayahnya.

"Mas! Dia udah berusaha, setidaknya kasih apresiasi yang baik!" protes sang istri.

"Aku akan apresiasi kalau dia sudah berhasil melewati adiknya."

Setelah itu, pria itu berlalu begitu saja meninggalkan gadis kecil yang malang. Anak itu menatap lurus, dengan kedua sorot mata yang menyiratkan luka dan benci. Terdengar suara-suara nyaring dari dalam. Rupanya kedua orang tua itu bertengkar lagi, di dalam kamar mereka.

Si gadis kecil melepaskan bando dengan pita merah itu, kemudian mencengkeram erat sampai kusut.

"A-aku benci Ayah."

****

Septha bangun dengan napas tersengal-sengal. Gadis itu seketika mengubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdegup dengan ritme cepat, seakan-akan ia baru saja berlarian. Ekor matanya langsung menatap ke segala arah, seperti orang linglung. Kepalanya terasa pusing karena bangun dengan tiba-tiba seperti itu.

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang