21. SMP

124 22 1
                                    

Hai! Absen dulu yuk;💓💓
Kalian bisa check postingan di
Ig:wattpaddluvkyuru_

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Septha berjalan dengan gontai ke arah parkiran yang menjadi tempat untuk beristirahat para peserta Pramuka. "Hadeuh, capeknya aku. Panas lagi," keluhnya. Kemudian mengambil duduk di pojokan atas, seraya mengambil kemasan jajan yang tersimpan di dalam saku celana. Mungkin terlihat tidak sopan, kala semua orang duduk dibawah sedangkan Septha naik ke atas tumpukan batu bata. Tapi mau bagaimana lagi, sudah tidak ada tempat yang tersisa.

Adel yang melihat Septha sendirian saja langsung menghampiri gadis itu. "Hai, Sep!"

Septha hanya menjawab dengan melambaikan tangannya.

"Gimana kabar?"

"Alhamdulillah baik, kamu juga?"

"Iya, sama!" jawab Adel. Gadis berambut panjang itu adalah teman sekelas Septha semasa SMP. Tidak disangka mereka akan bertemu kembali di SMA ini, walaupun berbeda kelas.

"Mau?" tawar gadis itu.

"Makasih," kata Adel dengan mengambil jajan yang ditawarkan oleh Septha, lalu mendudukkan dirinya di sebelah Septha. "Gimana, udah berhasil nemuin seseorang?" Gadis itu membuka percakapan.

Septha mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ada."

Adel seketika berdiri dari duduknya, "Beneran?" katanya seolah tidak percaya.

Septha mengerutkan kening, kenapa orang-orang selalu menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap dirinya? "Iya, anak DA. Bukannya seharusnya kamu kenal sama dia?"

"Lah, masa sih? Kok aku nggak tau ya," ujar Adel menggaruk kepalanya. Padahal dia anak DA juga, tapi Adel malah tidak tahu. "Siapa namanya?"

"Nada Juan Pradana," kata Septha dengan suara yang sedikit lirih dari sebelumnya.

Adel tampak terdiam, otaknya masih memproses nama yang diucapkan Septha. Tidak terlintas sedikitpun di kepalanya. "Aduh, siapa ya? Aku nggak tau Sep," jawabnya dengan tawa canggung yang mengiringi.

Septha sudah bisa memprediksinya, Adel memang termasuk jajaran anak pendiem. Jadi jarang sekali pengen kenalan sana-sini sama orang lain. "Yang anaknya pake kacamata. Kelas sepuluh IPS tiga."

Adel kembali berpikir, namun nihil. Tidak ada wajah seseorang yang muncul ketika ia mendengar nama itu. Gadis itu menggelengkan kepalanya. Septha menepuk jidatnya sendiri, "Yang pernah aku ceritain ke kamu kemarin itu loh, ketemu pas MPLS."

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang