08. MABAR?

209 45 1
                                    

Hai! Absen dulu yuk;
Siapa yg udh nungguin cerita ini?

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Nada_FKD# baru saja mengikuti anda.

"Astagfirullah, bener-bener kayak jumpscare," ujar Septha mengelus dada.

"Halah, bilang aja kalau kamu pasti salting kan sekarang?"

Septha tersenyum sendiri. "Iya lah anjir! Mana bisa aku gak salting?" Ia jadi jingkrak-jingkrak, membuat Ambar yang melihat itu hanya bisa nyebut saja di dalam hati.

Gini amat orang pinter kalau lagi jatuh cinta.

Notifikasi di ponsel Septha kembali berbunyi. Seseorang kembali mengirimkan pesan in game.

Room chat

Nada_FKD# : bener ini akunnya?

"Oke, Mbar. Jujur aku tremor sekarang."

Ambar kembali memutar bola matanya, "Iya-iya. Udah cepetan ajakin mabar sana! Aku mau telpon sama ayangku," kata Ambar dengan senyum sumringah. Gadis itu berpindah untuk duduk di sofa pojok kamar Septha. Ia akan memberikan waktu kepada Septha untuk menjadi lebih berani, agar tidak mengandalkan Ambar terus. Dan juga, ini waktunya untuk bermanja ria kepada sang pacar.

Walaupun hubungan mereka hanyalah sebatas virtual saja.

Kepanikan Septha semakin bertambah kala Nada tiba-tiba mengundangnya untuk bermain. Membuat Septha gelagapan sendiri, tapi ia masih menerima undangan tersebut. Jelas, Septha tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk lebih mengenal Nada. Yah, Septha hanya berharap...

Semoga saja, dia tidak menjadi beban di game nanti.

Kalau lagi salting, semua kemampuan Septha seakan hilang begitu saja. Padahal, waktu solo match ia selalu menang.

"Mbar, kira-kira enaknya pake Hero apaan ya?"

Ambar tampak berpikir sejenak. "Yang kamu bisa aja. Jangan pake yang aneh-aneh, nanti malah jadi beban!"

Septha mengangguk-angguk mengerti. "Oke deh!"

Setelah itu, Ambar baru saja mendapatkan ketenangan jiwa dan batin. Gadis itu diam-diam menghela napas lega, tidak mendengar ocehan dari Septha lagi. Namun ternyata, ketenangan itu tidak bertahan lebih lama lagi.

"Woi-woi! Heh, anjir jangan ke sana goblok!... Kok bisa sih, anjing banget!"

Ambar hanya bisa membuang napas berat, beginilah kalau Septha dikasih game. Pasti mulut yang jarang berkata kasar, jadi toxic-nya minta ampun. Ambar memutuskan untuk memasang earphone saja, daripada mendengarkan semua teriakan Septha yang memekikkan telinga. Tapi nyatanya semua itu sia-sia. Walaupun telinganya sudah disumpal, Ambar tetap bisa mendengar dengan jelas semua suara-suara yang terdengar frustrasi itu.

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang