27. TEMAN

110 21 2
                                    

Hai! Absen dulu yuk;💓💓
Kalian bisa check postingan di
Ig:wattpaddluvkyuru_

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Oke jadi tanpa berlama-lama let's go to the story!🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Sep, udah selesai?"

Septha menggelengkan kepalanya untuk ke sekian kali. Sudah berapa banyak orang yang menanyakan kalimat itu padanya? Perlahan mendongak, menatap Habib yang masih menunggu di depannya. "Bentar Hab, ini masih kurang." Gadis itu kembali fokus pada pekerjaannya.

Cowok itu menarik kursinya lalu duduk tepat di depan gadis berkacamata ini. "Fred! Aku duduk sini ya, mau nemenin Septha."

Septha hanya menatap sekilas, kemudian kembali fokus pada tugasnya. Menanggung beban banyak orang itu merepotkan kalau menurutnya. Semua mengandalkannya untuk mengerjakan soal ini, dan itu semakin membuat kepala Septha menjadi pening.

Tiba-tiba, datang segerombolan Gemofla geng atau lebih tepatnya sekumpulan berandal cowok kelas bahasa menghampiri. "Wah, ini dia nih Habib!"

"Sikat woi!"

Septha berdecak kesal. Mereka mulai mengeksekusi Habib, lagi. Hal ini benar-benar mengganggu, apalagi di depannya saat ini. Gadis itu membanting bolpoinnya ke atas meja. Kemudian berucap dengan suara lirih namun terkesan menusuk,

"Stop gangguin Habib, rek."

Sontak segerombol itu bertatapan dengan mata elang milik Septha. Tangan yang semula mengunci segala pergerakan Habib perlahan dilepaskan.

"I-iya, Sep. Kita udah berhenti kok."

Tanpa ba-bi-bu lagi, mereka langsung angkat kaki dari tempat kejadian. Membuat Septha menghela nafas panjang. Tampaknya Gemofla geng harus memburu mangsa lain yang melewati kelas mereka.

"Kenapa kamu enggak ngelawan, sih?" sungut gadis itu kesal saat Habib kembali duduk di depannya.

Sedangkan cowok itu hanya menampilkan ekspresi cengar-cengir aneh.

Septha menghela nafas panjang, "Kamu tau, Hab. Aku paling benci ngeliat ada orang yang diinjak-injak," ujarnya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan dari buku.

"Iya aku tau, tapi emang udah biasa dibully dari SMP." Habib menyangga dagunya di atas meja, guna bisa lebih nyaman untuk terus memandangi wajah gadis di depannya ini. Entah sejak kapan, ia juga tidak tahu. Ada perasaan aneh yang muncul di dalam sana.

"Ya makanya sekarang jangan, harus ngelawan!" sela gadis itu. "Kalau kamu mau bernasib sama di seperti di SMP, ya udah jangan minta contekan sama aku lagi."

"Enggak mau! Iya-iya, nanti aku usahain." Habib jadi bergidik ngeri melihat ekspresi wajah Septha yang mendatar saat berbicara. Namun disisi lain, hal itu nyatanya malah terlihat keren.

Singgah Yang Singkat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang