Sepertinya nominasi pasangan paling romantis seantero Batalyon, saat ini kembali bertambah, bukan lagi hanya Satria dan Aisyah.
Saat pulang dari kegiatan senam pagi para Ibu-ibu Persit, pulangnya Nadhira malah dibonceng Wildan menggunakan sepeda sepanjang komplek asrama.
Dengan gaya menyamping, Nadhira duduk didepan, sedangkan Wildan terus mengayuh sepedanya dengan perlahan.
Hal itu tentu saja membuat pasangan muda itu dilirik oleh hampir seluruh penghuni asrama, siapapun pasti akan langsung merasa iri saat melihatnya.
Bukankah pernikahan mereka hasil perjodohan dadakan? Perkenalan tercepat, karena setelah lamaran sorenya langsung akad nikah? Namun mengapa keduanya tampil dengan begitu mesra.
Rumor yang beredar jika Nadhira sama sekali belum dapat menerima Wildan, yang kehadirannya tak lebih sebagai pengantin pengganti, setelah ditinggal pergi oleh calon suaminya. Tapi mengapa keduanya tampak akrab, seperti sudah berkenalan cukup lama?
Banyak yang ikut merasakan kebahagiaan yang ditularkan, namun banyak juga yang masih mempermasalahkan hubungan keduanya.
Tentang Nadhira yang begitu cepat melupakan calon suaminya dulu, karena digantikan oleh Wildan yang ikut dirumorkan merupakan pengantin cadangan yang sudah disiapkan saat calon suaminya dinyatakan gugur.
Bukankah kasihan dengan keluarga calon mertuanya dulu?
Meskipun nyatanya, mereka sendiri yang meminta, agar Nadhira juga cepat melupakan semua tentang Fathan dan berusaha untuk melanjutkan hidup dan berbahagia dengan orang yang lebih pantas bersamanya. Namun ucapan yang dilayangkan dari mulut-mulut pedas itu tentu tak akan bisa berhenti dengan mudah.
Rasanya memang menyakitkan, bahkan Wildan sering kali memergoki istrinya itu menangis diam-diam karena beberapa ucapan itu berhasil melukai hatinya.
Untungnya ia senantiasa mengingatkan Nadhira agar mengabaikan saja, setidaknya kesehatan mental lebih dibutuhkan, toh mereka nanti akan merasa lelah sendiri, tidak semuanya akan harus diladeni. Entah apapun yang mereka pikirkan dan mereka katakan, jika semua itu tidak ada benarnya, mengapa harus terlalu diambil hati.
Dengan itu jugalah, Nadhira lebih percaya diri saat menghadiri giat Persit, ataupun berkumpul untuk melaksanakan agenda kegiatan lainnya, tak takut lagi ingin membaur. Wildan juga selalu mendukung dan mengawasi istrinya dari kejauhan.
Beberapa hari terakhir Nadhira juga memutuskan untuk kembali bekerja dirumah sakit tempat ia magang sebelumnya.
Wildan lega karena wanita itu sekarang tampak terlihat bebas, leluasa, tanpa beban ataupun sesuatu hal lagi yang ia pendam atau disembunyikan. Dan baru saja Wildan sadari jika Nadhira sangat ceria bahkan antuasias dalam segala hal.
Bahkan saat malam hari tiba, ia selalu duduk tepat dihadapan Wildan, tanpa sadar mulai bercerita panjang lebar, berbagi mengenai pengalaman yang ia lalui seharian. Seolah tanpa merasa letih atau lelah, mengalir begitu saja, Wildan hanya bisa terkekeh saat menanggapinya, hingga akhirnya wanita itu mulai tertidur dengan sendirinya.
"Masya Allah, Humaira. Pengalamannya luas biasa. Mas doakan bisa menjadi salah satu peran kehambaan kamu, lewat profesi dokter yang dijalani dengan niat tulus karena Allah untuk membantu sesama, juga--" Saat Wildan menoleh, wanita itu rupanya sudah tertidur pulas, bahkan mulai terdengar dengkuran halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Promise (End)
أدب المراهقينNadhira masih mengingat jelas saat prajuritnya itu pamit pergi, berjanji akan segera pulang setelah menunaikan panggilan Ibu Pertiwi. Namun, satu hal yang selalu mengganjal dibenak Nadhira, ia tidak menanyakan lebih jauh, dimana letak rumah pulang s...