Tangan mungil itu berbeda jauh dengan tangan kekar milik Wildan yang juga banyak terdapat goresan luka.
"Mengapa dia sangat menggemaskan?" tanya Wildan setelah cukup lama mengamati itu.
Nadhira hanya tersenyum tipis, keadaan mereka dan suasana saat ini sudah jauh lebih baik.
Keduanya kini duduk bersebrangan ditepi ranjang, dengan Wildan yang sejak tadi mengelus pipi berisi Naren yang masih ingin terlelap sejak beberapa hari yang lalu, bahkan saat sekarang sudah dipindahkan di ruang perawatan biasa.
Pria itu tampak senang sekali, hingga tak mampu lagi untuk ia sembunyikan. Kepulangannya setelah sekian lama kini dihadiahi oleh malaikat kecil yang bahkan sudah bernafas sejak hampir enam tahun yang lalu. Langsung kembar, cewek cowok lagi. Padahal dulu Wildan menyiapkan dua buah nama, untuk nanti dapat dipilih salah satunya.
Nadhira kemudian menetes air mata, namun cepat-cepat ia hapus.
Penampilan suaminya yang kini masih tampak kacau. Tubuh yang lebih kurus, banyaknya bekas luka bakar serta goresan luka yang tak cukup satu, rambut yang mulai memanjang dan berantakan, juga disekitar wajah dan dagunya.
Sorot mata tegas.
Rahang kokoh yang sempurna.
Memang tampak berbeda sekali dengan waktu dulu.
Namun rupanya bukan itu yang mata Nadhira lihat, baginya pria itu tetap sama. Sampai sekarang sama sekali tidak ada yang berubah dari tatapan teduh Wildan saat memandangnya.
Senyuman tulus dan pelukan yang masih sama hangatnya.
Aroma tubuh yang begitu candu membuat Nadhira nyaman berada didekatnya
Serta ucapan yang begitu menghipnotis keluar dari bibir Wildan, selalu indah dan tertata
Bukanlah rupa, namun kepribadian pria itu jugalah yang memberikan kesan teramat dalam yang membuatnya semakin jatuh cinta.
Dan lebih dari itu. Nadhira masih tak percaya jika pria itu benar-benar dapat kembali bersamanya. Membuat rasa syukur yang tak terukur.
"Nanti waktu kita pulang, rambut, sama kumisnya yang mulai panjang jangan lupa dipotong ya, Mas?" ucap Nadhira, karena merasa hal itu jugalah membuat Aiyna menjadi sedikit ragu berada didekat sang Papa.
"Kenapa? Memangnya wajah Mas udah ga tampan lagi?" tanya Wildan, membuat sang istri hampir terbahak.
Nadhira bisa saja dengan mudah menyulap kembali pria itu hingga menjadi sama seperti sedia kala, namun mungkin belum saatnya. Keadaan sekarang masih tampak kacau.
Tentu saja, kepulangan Wildan setelah sekian lama dinyatakan hilang bahkan sudah berpulang, membuat bukan hanya keluarga besar mereka merasa syok, melainkan juga hampir seluruh jajaran TNI menjadi gempar.
Kembali menguak bagaimana kejadian tragis yang membuat segenap tanah air berduka, puluhan putra terbaik bangsa yang harus gugur setelah pesawat yang mereka tumpangi hilang kontak dan jatuh menghantam lautan.
Pencarian panjang yang sayangnya tak membuahkan hasil, setelah turut dibantu oleh tiga matra tentara sekaligus, dengan segala cara menemukan satu raga yang mungkin masih ditelan samudera. Bahkan membuat mereka pada akhirnya menyerah dan terpaksa menghentikan proses evakuasi karena sudah tak dapat berbuat apa-apa.
Fatimah bahkan langsung jatuh pingsan detik itu juga setelah melihat sang putra kembali berdiri tegap dihadapannya, merasa jika ikatan batinnya selama itu tidak pernah salah.
Prajuritnya masih hidup dan bernafas.
Prajuritnya akan kembali kerumahnya.
Rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Promise (End)
Novela JuvenilNadhira masih mengingat jelas saat prajuritnya itu pamit pergi, berjanji akan segera pulang setelah menunaikan panggilan Ibu Pertiwi. Namun, satu hal yang selalu mengganjal dibenak Nadhira, ia tidak menanyakan lebih jauh, dimana letak rumah pulang s...