✧When You Promise || 04✧

2.5K 177 0
                                    

Sejak kapan mereka mulai akrab, Wildan pun tak pernah menyadari itu, sama halnya dengan Nadhira. Faktor bisa karena terbiasa, itu memang benar adanya.

Tak terasa sudah lebih dari sebulan yang lalu sejak mereka menikah dan tinggal bersama.

Rumah sederhana dengan cat dominan berwarna hijau. Bagian dalamnya berisi interior minimalis, yang kebanyakan dirancang oleh Nadhira, dan Wildan hanya menurut saja.

Wanita itu menyukai perabotan berwarna soft dengan campuran warna abu-abu atau putih. Dalam waktu sebentar menyulap tampilan ruangan yang awalnya tampak sedikit monotoni, menjadi lebih menyenangkan untuk dihuni.

Baru juga Nadhira sadari, jika Wildan rupanya juga cukup berbakat dalam segala hal, selain memasak, bahkan memperbaiki barang yang rusak, seperti jam pemberian dari Abah yang kemarin tak sengaja tersenggol olehnya dan jatuh.

Setiap malam tiba, Nadhira akan menunggu di ruang tengah menantikan Wildan pulang, seperti biasa untuk makan bersama.

Tapi hari ini, pria itu sudah pergi pagi-pagi sekali tanpa Nadhira ketahui. Saat ia pergi ke dapur, ia dapati semangkuk bubur kacang kesukaannya, serta sticky note yang berisi pesan singkat jika ia akan pulang sedikit lebih telat, jadi ia tidak perlu menunggunya seperti kemarin.

Meskipun masih tampak kaku, Nadhira sudah bisa menyimpulkan jika Wildan adalah pria yang manis, selain Abah dan sang Kakak yang memperlakukannya selayaknya seorang Tuan putri.

"Kamu boleh kembali pulang kepada Abah, jika suamimu itu nanti memperlakukanmu dengan buruk."

Awalnya Nadhira ingin segera angkat kaki saat Wildan seolah sering mengabaikannya saja. Namun tiba-tiba ia berubah pikiran dan ingin mencoba bertahan. Usahanya pada akhirnya ternyata tidak pria itu sia-siakan.

Sang Abah pernah berkata demikian dihari pernikahan mereka, seolah memberikan sebuah jaminan, bahwa sang putri akan segera berbahagia dengan kehidupan barunya.

•••

Tidak banyak aktivitas lain yang Nadhira kerjakan, selain lebih banyak dirumah dan mengisi laman blog atau naskah novel.

Semenjak memutuskan untuk vakum sementara sebagai seorang dokter, ia memutuskan untuk kembali menulis. Semakin menyelami hobi yang sudah ia tekuni sejak ia masih duduk dibangku sekolah menengah atas.

Kling!

Notifikasi dari ponselnya berbunyi.

----

Mas Lettu👮

Jangan lupa sholat sama tadarus
Al-Qur'an, Humaira❤️

Kalau ada yang tiba-tiba ketuk pintu rumah, kerudungnya selalu dipakai sebelum dibuka, takutnya itu bukan Mas.

Ga usah ditunggu, Mas pulang
mungkin jam 10 malam.

----

Nadhira tersenyum, sebelum mengetik balasan 'Siap, Ndan!' yang ia kirim kemudian.

Pria itu akhir-akhir ini memang menjadi semakin perhatian.

Sudah beberapa jam yang lalu kesibukan Nadhira juga sedikit teralihkan pada CV ta'aruf milik Wildan kemarin.

Wanita itu kembali membolak-balikkan halamannya, tersenyum tipis, membacanya ulang seolah tak pernah merasa bosan.

Entah kenapa baru Nadhira sadari jika isinya sangat menarik, meskipun singkat penggunaan katanya sangat pas, tidak terlalu menuliskan kelebihan dirinya sehingga terkesan membanggakan, ataupun kalimat yang bertele-tele, rapi dan tertata. Mendapatkan nilai plus dari pandangan seorang penulis cukup berpengalaman sepertinya.

When You Promise (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang