Malam ini rumah mereka kedatangan seorang tamu tak terduga. Pria yang melihatnya saja sudah tak asing lagi bagi Nadhira. Kolonel Aditya, atasan sekaligus yang mengomandoi operasi khusus yang saat ini tengah suaminya jalani.
Kedatangannya kemari bukan tanpa maksud apa-apa, melainkan membawa sebuah kabar yang tak ingin siapapun dengar.
Nadhira lihat Galahan yang baru saja pulang dari luar kota, berusaha memasang wajah setenang mungkin. Walaupun tak terdengar dengan jelas, bibirnya terlihat berulang kali berucap kalimat istirja' yang bisa Nadhira baca.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Seolah tak ingin orang lain dengar, kedua pria itu menang sengaja memelankan suara. Namun, masih begitu jelas Nadhira dengar, jika beberapa kali pria itu menyebutkan nama suaminya, Lettu Wildan Ardana Pangestu.
Air matanya seketika saja mengalir deras dengan perasaan yang tak karuan. Tubuhnya bergetar hebat.
"A-astaghfirullah."
Bruk!
Nadhira yang tengah berdiri disana seketika ambruk, mengalihkan perhatian dua prajurit senior itu.
"Iraaa!!!"
Asma juga dengan sigap menangkap tubuh adik iparnya yang kehilangan kesadaran, agar tidak sampai mencium lantai.
•••
"Nadhira sedang mengandung."
Ucapan dari dokter yang barusan memeriksa keadaan putri bungsunya itu membuat Galahan mengucapkan hamdalah, setelah juga cukup lama terdiam, bimbang.
Entah apa yang saat ini harus mereka pilih, rasa bahagia ditengah perasaan kalut dan kecemasan yang amat memuncak.
Saat Nadhira perlahan membuka mata, pandangan cemas milik sang Abah menyambutnya, dengan senyuman tipis. Segera ia bangkit dengan tangis yang pecah memeluk tubuh pria paruh baya itu.
"Ira ... nak?"
"Abah..." Tangisnya kembali terdengar amat lirih.
"Putri Abah kuat." Masih dengan senyuman paksa, Galahan mengusap punggung milik putri kesayangannya yang selama ini selalu ia jaga.
"Hiks ... Ira takut Abah, semua itu pasti ga benar kan, Bah? Hiks ... tolong bawa Mas Wildan pulang buat Ira." Nadhira terisak dengan meracau tak karuan. Ia pun masih sulit untuk mencerna apa yang sebetulnya terjadi.
Apa mungkin jika ia harus kembali kehilangan?
"Istighfar, nak. Doakan yang terbaik buat Wildan ya? Abah usahakan bakalan bawa dia pulang apapun keadaannya nanti," ucap Galahan menenangkan, mencoba kembali mencetak senyuman.
Asma juga kembali memeluk adik iparnya dengan erat, saat tangisnya semakin pecah, mencoba menguatkan, sesekali juga memintanya beristighfar.
Kata-kata Galahan barusan malah membuat Nadhira semakin kacau. Perasaannya sudah kalang kabut semenjak tadi Asma datang menemuinya dikamar. Sebuah kabar yang dibawa Kolonel Aditya, dan berita yang mulai merebak di media massa.
---
"Pesawat militer yang membawa kepulangan 23 personel satuan khusus AD, diperkirakan mengalami hilang kontak pada pukul 04.45 waktu setempat, sebelum dinyatakan jatuh diperairan timur laut Sulawesi."
"Setelah langsung dilakukan upaya pencarian oleh TNI AL dibantu dengan tim SAR gabungan, beberapa prajurit korban yang sudah ditemukan tidak ada dalam keadaan selamat."
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Promise (End)
Novela JuvenilNadhira masih mengingat jelas saat prajuritnya itu pamit pergi, berjanji akan segera pulang setelah menunaikan panggilan Ibu Pertiwi. Namun, satu hal yang selalu mengganjal dibenak Nadhira, ia tidak menanyakan lebih jauh, dimana letak rumah pulang s...