Sama Aku

546 52 34
                                    

Jeremy dan Clara belum sempat pergi ke stasiun untuk membeli cilok. Siapa sangka durasi waktu yang mereka butuhkan untuk perjalanan ke stasiun akan mereka pakai untuk bercinta di mobil? Belum lagi Adip terus meneror ponsel Clara dengan ribuan pesan.

Ketika tiba di depan rumah, Adip terlihat sudah berada di depan pintu seraya menggendong Cleo. Wajahnya terlihat sangat kesal dan bertambah kesal ketika mendapati mobil Jeremy yang berhenti di depan pagar.

Siapa sangka keputusannya untuk membiarkan Clara dan Jeremy pergi meninggalkannya dengan Cleo berakhir buruk. Kini ia terlambat ke acara makan malam yang seharusnya sudah dimulai lima belas menit yang lalu. Pertengkaran seperti apa yang membuat mereka begitu lama? Hampir 6 jam lamanya mereka pergi.

Tepat setelah keluar dari mobil Jeremy, Clara segera menghambur ke arah Cleo. Ia mengambil alih tubuh mungil Cleo dari gendongan Adip yang menatapnya datar. "Halo, anaknya Bunda. Nunggu lama ya?"

"Lama banget. Kemana aja sih dari siang sampe sore gini? Dah telat nih," keluh Adip. Ia merapikan kemeja batiknya yang sempat kusut karena ulah Cleo yang tidak bisa diam di gendongannya.

"Sorry, bikin lo nunggu."

Bukan Clara yang menjawab, melainkan Jeremy yang baru saja turun dari mobil. Pria itu menghampiri Clara yang bercengkerama ringan dengan Cleo, tak begitu menggubris raut wajah Adip yang begitu sinis.

Adip berdecih. "Dah lo gue nih ceritanya."

"Buruan pergi sana, katanya telat."

"Wah, berani banget lo sekarang?"

Hampir saja Adip menonjok wajah Jeremy yang terlingat angkuh itu. Ia tidak tahu apakah pria itu memang mengesalkan, atau hanya padanya saja. Selera Clara tidak pernah jelek, jadi ia bisa pastikan jika Jeremy hanya melakukan ini padanya saja.

"Husss, udah. Sana, Dip. Maaf ya bikin kamu telat."

Jika bukan karena Clara yang melerai, Adip mungkin sudah mengacak-acak wajah angkuh itu. Dengan perasaan berantakan, ia melengos dari hadapan Clara dan Jeremy. Tak lupa, ia menabrakkan pundaknya dengan kasar ke pundak Jeremy sebagai tanda peringatan.

Jeremy hanya diam seraya berdecih kecil. Tentu ia belum bisa menerima fakta bahwa Clara dan Adip tinggal di satu atap. Tanpa pernah ia meluruskan ini pada Adip, ia hanya bisa bersikap ketus pada Adip.

"Kamu mau bersih-bersih dulu ga?"

Pertanyaan itu membuat lamunan Jeremy buyar. Ia mendapati Clara sudah jauh di pintu sana. "Boleh?"

"Boleh."

Setelah itu, Jeremy mengikuti Clara. Seperti seorang tuan rumah, Jeremy bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa percintaan mereka, terlebih alat kelaminnya.

Jika boleh dibilang, pengalaman seks di dalam mobil boleh juga. Ia tidak pernah berpikir bahwa ia bisa senekat itu melakukan seks di tempat umum. Meskipun saat itu basement sepi, tetap saja ada kemungkinan orang memergoki mereka. Ia memang tidak melihat secara langsung bagaimana mobilnya bergoyang, tapi dari kaca mobil ia bisa menilai gerakannya cukup mampu membuat mobil besarnya itu bergerak teratur.

Ketika membersihkan tubuhnya, ia masih terbayang permainan gila mereka. Sesekali, ia tertawa pelan. Bayangannya memproyeksikan bagaimana liarnya Clara jika ia biarkan memimpin permainan mereka tadi. Selama ini memang Clara lah pihak paling usil menggodanya, tapi ia tidak menyangka jika keusilan itu mencerminkan cara wanita itu bermain.

Saat dalam hatinya memuji cara bermain Clara, kenyataan bahwa Adip telah lebih dahulu menikmati tubuh Clara membuatnya kembali merasa kesal. Adip pasti tahu bagaimana wanita itu begitu hebat dalam urusan ranjang. Andai saja saat itu ia bertemu dengan Clara lebih dulu dari Adip.

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang