Di pagi hari Sabtu yang mendung, Kira dan Adip berada di perjalanan menuju rumah Clara. Sejak beberapa bulan yang lalu, Adip memutuskan untuk rutin menjenguk anaknya, Cleo. Dan sebagai usaha Kira mendekati Adip, gadis itu tentu selalu menyempatkan ikut.
Seperti biasa di mobil Adip, Kira akan melepaskan sepatunya dan mengangkat kakinya seraya memainkan ponselnya. Terkadang ia mengajak Adip mengobrol, terkadang juga memilih menyelam ke instagram ketika Adip terlalu fokus menyetir.
Ketika ia sibuk menyelami akun artis Belgia, ia terperangah. Artis wanita yang menjadi fokus Kira itu terlihat sangat cantik dengan wajah Eropa yang khas dan mata biru.
"Dip, liat deh!" Kira mengarahkan layar ponselnya ke arah Adip.
"Hm?"
Ia menarik lengan Adip. "Sini, liat ini. Cewenya cantik banget masa, kaya boneka."
"Gue lagi nyetir, Ra," jawab Adip tanpa mengalihkan tatapannya dari jalanan di depan. Rintik hujan mulai membasahi kaca depan, membuatnya harus ekstra fokus.
Kira merengut kemudian berdecak. Ia kembali menggelung tubuhnya di kursi penumpang seraya menggeser-geser layarnya. Menikmati kecantikan artis itu dengan sedikit kesal.
Hal itu menjadi perhatian Adip, diam-diam. Pria itu merebut ponsel Kira dan membawanya ke kemudinya. Sekilas, ia melirik ke foto seorang wanita yang berpose di sebuah kafe sambil tetap sesekali menatap ke depan. "Iya, cakep," jawabnya sekenanya seraya mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik.
Kira yang sempat terkejut itu kembali antusias saat mendapatkan reaksi dari Adip. "Cakep gue apa cewe ini?"
"Cakep elu."
Jawaban itu membuat Kira melongo. Matanya berkedip, mewakili jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang. Apakah telinganya tidak salah dengar?
"Godain aja gencer banget. Giliran digodain balik kicep," cibir Adip.
Hujan kali itu semakin deras, mengalahkan suara degup jantung Kira yang kencangnya bukan main. Masalahnya Adip bukan tipe pria yang suka merayu atau bermulut manis. Semenjak mereka dekat, Adip ternyata tidak semanis yang ia pikirkan.
Adip itu penuh dengan gengsi dan kata-kata ketus. Adip juga memiliki ego yang tinggi, sama dengannya. Bedanya, ia tidak pernah gengsi menunjukkan perasaannya. Mungkin di sini ia adalah pihak yang dominan di antara dua orang dominan. Tapi, percaya lah, Adip akan selalu mendapatkan apa yang ia mau hanya karena Kira terlalu buta cinta padanya.
Hari ini adalah momen langka. Adip menurunkan gengsinya dan memuji Kira. Jangan kira itu usaha Adip untuk membuat Kira bungkam. Adip benar-benar serius.
Kira memang lebih cantik dari artis itu menurutnya.
Mobil Adip berhenti di lampu merah. Biasanya di saat seperti ini Kira akan sangat cerewet karena baginya hanya di saat ini Adip tidak fokus menyetir. Tetapi, Kira hanya diam sambil terus melongo menatap Adip.
Yang tentu saja membuat Adip keheranan. "Ra, lu marah?" Ia pikir ucapannya tadi menyinggung Kira.
Kira menggeleng kemudian membuang wajahnya yang memerah. "Engga, ngapain?"
"Trus kenapa diem aja? Biasanya lu gak berenti ngomong."
"Emangnya mau ngomong apa?"
"Ya, gue gatau. Kan lu yang cerewet?"
Ah, benar. Kira seharusnya cerewet. Tetapi semua bahan obrolan seperti terbakar tanpa sisa. Ia kehilangan semua hal menarik yang bisa ia bahas dengan Adip.
"Btw, Ra."
"Dip, dah ijo," sahut Kira.
"Oh." Adip segera melajukan mobilnya menyadari lampu lalu lintas memancarkan sinar hijau. "Btw, Ra. Sampe rumah Clara nanti, lu mau ga pura-pura udah jadian sama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
By The Irony Of Fate
FanfictionIni cerita klise yang singkat tentang Jeremy dan Clara yang bertemu karena ketidaksengajaan. Kalau ditanya bisakah cinta pandangan pertama hadir di antara dua orang dewasa, coba saja jadi saksi kisah mereka; si Jeremy yang lama menyendiri dan si Cla...