Persiapan

490 77 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clara sedikit terpaku mendapatkan jawaban singkat dari Jeremy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clara sedikit terpaku mendapatkan jawaban singkat dari Jeremy. Boleh kah ia akui pada dunia bahwa dua kata itu mampu membuat jantungnya turun hingga ke perutnya? Dirinya yang semula berdiri di samping ranjang itu kini terduduk di pinggir ranjang. Ia meletakkan ponselnya di sampingnya kemudian tersenyum kecil.

Baru kali ini Jeremy memanggilnya dengan sebutan itu setelah kunjungan mereka ke makam ibu Jeremy. Apakah ini pertanda bahwa hubungan mereka akan berjalan baik?

Ia menoleh ke belakang, menatap Cleo yang menendang-nendang udara dengan posisinya yang masih berbaring. Tangannya terulur ke belakang, sedikit merendahkan tubuhnya agar bisa melihat wajah anaknya.

"Cleo mau punya ayah gak, Nak?" tanyanya, seolah kapan saja Cleo dapat menjawab pertanyaannya itu.

Selama ini, Cleo sama sekali tidak pernah mendengarkan kata "ayah" disebut oleh Clara. Hal ini karena Clara sama sekali tidak pernah memperkenalkan sosok ayah sejak Cleo lahir. Lagipula, untuk apa? Toh, sosok ayah itu memang tidak pernah hadir di hadapannya selama ini. Selama ini Clara selalu merangkap pekerjaan itu untuknya.

Alih-alih mendapatkan jawaban, Clara justru semakin tersipu dengan pertanyaannya sendiri. Ia memendam wajahnya di ranjang dengan teriakan tertahan. Saat ini ia sangat mirip seperti remaja yang baru kasmaran.

Dan sosok Jeremy lah yang mampu membuatnya kembali ke umur belasan tahun.















***













Jeremy tiba sekitar dua puluh menit sejak Clara menggila dengan pesan singkatnya. Pria itu masuk ke rumah setelah dipersilakan oleh sang pemilik. Tentunya dengan kekaguman singkatnya saat melihat sosok Clara pertama kali di hari ini.

"Why are you so pretty today, Clar?" tanyanya seraya duduk di sofa, tepat di sebelah Cleo yang sengaja Clara dudukkan di sana.

Tidak ada yang berniat menipu dirinya sendiri, Clara tersipu. Ia kembali ke dapur untuk mengambil 2 botol asi hasil pumping-nya dan memasukkannya ke tas milik Cleo. Di depan kulkas yang memperlihatkan samar bayangan dirinya, ia sempat mematut dirinya.

Hanya dirinya yang memakai baju menyusui berwarna hitam yang ia padukan dengan rok midi berwarna ungu muda bercorak bunga. Di pundaknya tersampir alat gendong milik Cleo. Bukan kah ini pemandangan khas seorang ibu menyusui? Rambutnya bahkan hanya ia jepit separuh, tidak sempat merapikannya lebih lagi karena ia sibuk mengatur kewarasannya tadi.

"Kamu beruntung banget punya ibu kayak Bunda, Yo. Lihat itu, Bunda cantik banget, ya? Makanya Cleo juga jadi cantik banget. Lucu, kaya bakpao. Yeah?"

Clara menoleh ke belakang secepat kilat saat mendengar suara Jeremy di belakangnya. Rupanya pria itu sudah ada di dekat meja makan dengan Cleo di gendongannya. Pria itu memakai kaos polo hitam, sesuai dengan arahannya tadi. Cleo tertawa sesekali, entah karena perkataan Jeremy atau karena Jeremy mengguncang-guncang tubuh gempalnya.

Wanita itu menghampiri Jeremy dan Cleo. Ia rapikan bandana merah muda di kepala Cleo sebelum mencium bibir sang anak. "Ga usah ketawa, Nak, sama omongan buaya," ujarnya jahil yang langsung dihadiahi kerutan tak terima dari Jeremy.

"Buaya-buaya gini juga pacar kamu."

"Berarti beneran buaya, ya?"

Jeremy tersenyum penuh arti. Bergerak turun untuk meraih kening Clara untuk ia kecup kilat. "Kalo aku buaya, aku ga tiap hari nyempetin dateng ke sini, tiap malem telfonan, tiap detik nanyain kabar. Kalo aku buaya, yang ada nanti aku ada jadwal kunjungan asrama wanita."

Clara memicingkan matanya. Ia cubit perut Jeremy seraya berkata, "Awas aja kalo kaya gitu."

"Enggaaa, sama kamu aja dah lebih dari cukup."

Wanita itu tertawa dalam hati. Ah, ia selalu kalah jika berkaitan dengan Jeremy. Pria itu selalu berhasil membuatnya lemah.

"Udah, yuk. Nanti ibu kamu nunggu kelamaan. Mana nih calon mantunya ga dateng-dateng?" Jeremy meringis saat berkelakar seraya berjalan mendahului Clara. "By the way, di mobil udah ada kursi tambahan buat Cleo. Kamu ga usah gendong Cleo di depan lagi."

"Kamu beli-beli lagi?" pekik Clara, mengikuti langkah Jeremy dengan cukup cepat. Langkah pria itu sangat lebar, sial.

"Cuman kursi doang. Biar lebih enak pacarannya."

Clara menepuk jidatnya mendapatkan jawaban itu dari mulut Jeremy. Bisa-bisanya di tengah membercandai Cleo, pria itu menggodanya.

Jika ibunya tahu ia berpacaran dengan pria yang suka menggoda seperti ini dan bahkan lebih muda darinya, pasti ibunya kaget. Jeremy bukan lah sosok yang pernah ia bayangkan menjadi pria idamannya. Jika boleh dibilang, pria itu sangat jauh dari tipenya.

Ajaibnya, pria yang bukan tipenya ini lah yang kini berdiri di hadapannya dan menjanjikan bahagia baru untuknya dan Cleo.
















TBC

Om Jeremy with his black polo shirt☺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Om Jeremy with his black polo shirt☺

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang