Game

285 42 9
                                    

"Kalo ga nyaman pulang aja." Jeremy mengelus paha Clara dari bawah meja.

Siapa yang tidak bisa melihat arti wajah Clara sekarang? Wanita itu jelas-jelas sangat tidak nyaman dengan kehadiran Adip dengan Kira serta beberapa pandangan orang lain padanya. Jelas hal itu membuat Jeremy khawatir.

Lebih khawatir daripada tidak nyaman akan kehadiran Kira.

Clara menoleh ke arah Jeremy kemudian tersenyum kecil. Ia masih bisa berada di tempat itu dengan tenang karena Jeremy dan Cleo yang ada di gendongannya.

"Gak. Aku ga enak sama temen-temen aku kalo pulang sekarang. Menghargai panitia juga."

"Okay. Bilang aku kalo misal kamu mau pulang."

"Kamu ga nyaman ya sama situasi ini?"

"Engga kok." Kini giliran Jeremy yang tersenyum pada Clara.

"Bagus deh."

Kemudian lampu di area meja meredup. Lampu panggung kini menyala sangat terang sehingga dua pembawa acara di sana nampak menjadi pusat perhatian. Selain itu, terdapat sebuah jenga raksasa di tengah panggung. Sepertinya akan ada permainan kelompok setelah ini

"Oke, acara selanjutnya bakal ada games. Nanti dibagi tim jadi dua-dua ya. Karna yang dateng banyak banget, ga bakal semuanya bisa ikut."

Clata tidak terlalu memperhatikan. Ia fokus pada Jeremy yang kini membantunya menyuapi sus basah pada Cleo.

"Cleo mau bubur sumsum ga? Tante Jace ambilin, ya?" ujar Jace di samping Clara.

"Eh, ga usah, Jace. Dia habis minum susu. Ini juga pasti kenyang kalo susnya habis."

"Dikit aja, ntar kalo ga abis ya lo yang abisin." Jace tidak menggubris ucapan Clara dan segera melesat ke stan bubur sumsum di dekat tangga naik ke panggung. Membuat Clara menggeleng kecil.

Acara dimulai dengan panitia yang mengacak daftar nama yang dimasukkan ke dalam fishball untuk mencari peserta. Clara maupun Jeremy sama sekali tidak memikirkan apapun selain menikmati acara yang disusun oleh panitia. Mereka justru fokus pada Cleo yang penasaran dengan banyak hal di atas meja.

"Tim 3 Clara Sean Martani dan Radifan Putra Denusa. Mana nih Kak Clara dan Kak Radifan?"

Suara pembawa acara yang begitu riang itu berbanding terbalik dengan Clara dan Jeremy. Terutama Clara yang merasa sangat terguncang saat mendengar namanya bersanding lagi dengan nama Adip. Dari sekian banyak nama di dalam fishball, kenapa keduanya masih disatukan?

Tak hanya Clara dan Jeremy yang terkejut, Catur dan Lia di satu meja yang sama terlihat membulatkan mata. Bahkan Lia memberikan sinyal pada panitia dengan menyilangkan tangannya di atas kepala. Jace pun yang ada di sisi panggung menatap Clara dengan sama terkejutnya. Sepertinya memang tidak ada yang menyangka jika takdir masih bermain-main pada Clara dan Adip.

Belum reda keterkejutan di sana, Adip yang duduk di salah satu meja di dekat panggung berdiri. Saat itu pula, lampu sorot menerangi sosoknya yang mengangkat tangannya ke udara. "Gue main."

Clara mengamati Adip yang begitu santai naik ke atas panggung. Seolah ia tidak pernah peduli fakta bahwa mereka adalah mantan suami-istri. Genggaman ringan dari Jeremy membuatnya langsung mengembuskan napas. Ia ternyata selama ini menahan napasnya.

"Oke! Kak Radifan main. Gimana Kak Clara?" Lampu menyorot ke arah Clara yang masih duduk di tempatnya. "Oh, itu dia! Kak Clara mau main?" tanya sang pembawa acara.

Jika takdir mulai mengoloknya dan membuat lelucon atasnya, maka Clara akan menghadapinya seolah ia akan membalaskan dendam saat itu juga. Karena itu lah, ia lepaskan genggaman tangan Jeremy sebelum berteriak, "Saya juga main."

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang