Clar bisa ke apart sekarang?
Lusa aku berangkatDua notifikasi itu sempat membuat Clara linglung sesaat. Ia tidak menyangka jika saatnya telah tiba. Jeremy benar-benar akan meninggalkannya selama 2 tahun.
Sesaat setelah tiba di rumah, ia titipkan Cleo pada Helena, sementara dirinya melesat dengan taksi online menuju apartemen Jeremy. Sepanjang perjalanan hatinya sangat tidak tenang. Ia akan merelakan Jeremy pergi jauh darinya.
Sesampainya di depan apartemen, Clara menarik napasnya panjang. Tangannya terulur untuk memencet bel unit tersebut. Pikirannya kacau walau hanya untuk mengingat kombinasi angka kunci unit Jeremy.
Tak berselang lama, pintu kokoh itu terbuka dari dalam. Jeremy terlihat sama kacaunya dengan dirinya.
"Aku minta maaf banget, pasti kamu kaget."
"Ga kok, gapapa. Waktu kamu bilang sewaktu-waktu kamu berangkat, aku harus siap." Clara tersenyum dengan bibir yang bergetar. "Yuk, mana yang harus dipacking?"
Jeremy tentu tahu jika Clara tengah menyembunyikan perasaan kecewanya. Kedua mata itu bergetar saat melihatnya, ia tidak pernah tega melihatnya.
Seraya masuk ke unit, Clara menyingsingkan lengan bajunya hingga siku. Seolah dirinya tidak datang untuk bersedih, melainkan membantu Jeremy untuk mengemas barang-barang.
"Clara, aku tahu aku ga seharusnya pergi semendadak ini. Harusnya kita masih bisa ketemu lama, tapi aku ga punya kuasa."
"Ya udah, Jer. Gapapa, mau gimana lagi?"
Jeremy meraih pinggang Clara dan memeluknya dari belakang. Ia benar-benar berat meninggalkan ikatan intim yang telah mereka jalin. Sungguh, rasanya ingin dirinya singgah daripada harus mengikuti aturan perusahaan.
"I'll miss you."
Bisikan rendah Jeremy sempat membuat Clara goyah dan menangis. Dengan cepat, Clara mengerjapkan matanya dan meloloskan diri dari dekapan Jeremy sebelum dirinya benar-benar menangis.
"Nanti dulu, ah, menye-menyenya. Mana yang harus aku bantu?"
Jeremy mengeraskan rahang sebelum mengembuskan napas panjang. Ia melangkah gontai menuju kamarnya yang sudah berantakan karena baju-baju dan barang-barang yang akan ia bawa.
"Baju-baju dulu yang penting. Yang lain dimasukin ke kardus aja, nanti aku minta tolong kamu kirimin ya?"
"Okey. Peralatan mandi?"
"Belum."
Clara mengangguk kecil kemudian melesat menuju kamar mandi. Ia masukkan dan tata barang-barang kebersihan milik Jeremy ke dalam sebuah pouch. Sebelum membawanya ke luar.
"Barang-barang kebutuhan kecil-kecil ga perlu kamu beli baru, Jer. Kalo bisa dibeli di sana, mending beli di sana aja biar ga bawa banyak. Yang penting baju kerja kamu, sepatu. Oh, iya. Barang-barang kerja kamu gimana? Mau dimasukin koper juga?"
Jeremy masih berdiri di dekat pintu, mengamati Clara yang sudah sibuk menata barang-barang di kopernya.
"Udah di-handle kantor," jawabnya singkat.
"Bagus lah. Berarti ini tinggal barang-barang pribadi kamu?"
"Iya." Jeremy melanjutkan, "Sayang, barang-barang dapur sama alat bersih-bersih aku titipin ke rumah kamu aja, ya? Habis kamu selesai pindahan, apartnya mau aku sewain ke orang lain."
"Oh, okey."
Jeremy mengangguk kecil mendapati reaksi cepat dan datar dari Clara. Pasti kecewa Clara bukan main besarnya. "Aku packing di dapur dulu," cicitnya sebelum meninggalkan Clara di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
By The Irony Of Fate
FanfictionIni cerita klise yang singkat tentang Jeremy dan Clara yang bertemu karena ketidaksengajaan. Kalau ditanya bisakah cinta pandangan pertama hadir di antara dua orang dewasa, coba saja jadi saksi kisah mereka; si Jeremy yang lama menyendiri dan si Cla...