Ayah

326 40 2
                                        

Jeremy baru saja menyelesaikan tiga putaran lari paginya di sekitaran kompleks perumahan ketika jam pintar di tangannya menunjukkan pukul 8 pagi. Ia mendengus kecil sebelum berlari kecil, kembali ke rumah dinasnya.

Rumah yang biasanya begitu sepi itu kini terasa sangat ramai hanya dengan tambahan sepatu Clara dan Cleo. Ia menaruh sepatu abu-abunya di rak, tepat di samping sepatu mungil berwarna putih milik Cleo. Selisih panjang yang sangat besar jika dibandingkan dengan miliknya.

Ketika ia masuk, ia mendengar sayup-sayup suara senandung Clara di dapur. Ia melongokkan kepalanya. "Masak apa, Sayang?" tanyanya, mendapati Clara sedang berdiri di depan kulkas dengan tangan yang terlipat di depan dada.

Clara tersenyum singkat menyambut Jeremy yang penuh peluh itu sebelum kembali mengamati isi kulkas milik Jeremy. Ada ayam, sayur-sayuran, serta bumbu-bumbu di lemari. Ia tidak menyangka jika Jeremy memiliki persediaan yang cukup lengkap juga. Tidak perlu berbelanja lagi dengan persediaan sebanyak itu.

"Hmm, ayam woku kamu mau ga?" tanyanya pada Jeremy yang kini tengah menenggak air dengan cepat.

"Mau lah. Apapun yang kamu masak aku pasti makan."

Clara memicingkan mata. Ia keluarkan setengah kilogram ayam dari pendingin kemudian dan beberapa bumbu lainnya. Karena kali ini Cleo juga ikut makan, maka masakannya tidak ia buat pedas. Alih-alih membuat makanannya pedas, ia akan membuat sambal untuk memuaskan hasrat pedas Jeremy.

"Sama mau apa lagi? Mau aku buatin teh?" tanya Clara.

"Ga usah. Bikin salad aja, sekalian buat hidangan penutup." Jeremy mengecup singkat bibir Clara. "Nanti buahnya aku bantu potong setelah aku mandi."

Dan ciuman Jeremy tidak pernah absen membuat Clara tersipu. "Okey."

"Cleo belum bangun juga?"

"Belum. Tolong bangunin, ya?"

Jeremy berdeham kecil, menyetujui permintaan Clara. Ia melepaskan kaos basahnya kemudian masuk ke dalam kamar dengan bertelanjang dada.

Dan benar, ia masih mendapati Cleo tertidur dengan napas teratur. Posisinya yang seolah merajai ranjang membuat Jeremy terkekeh. Gadis kecil itu menjelma menjadi penguasa kasur ketika sedang tidur. Ia mengurungkan niatnya untuk membangunkan Cleo, memilih untuk membersihkan diri sebelum membangunkan sang anak.

Beberapa saat dirinya mandi di kamar mandi dalam, ia pikir suara air akan membangunkan Cleo. Ketika ia selesai mandi, ia masih melihat Cleo terlelap, namun dengan posisi yang berbeda. Ia menggeleng kecil seraya menjemur kaos basahnya dan handuknya di tempat jemuran di balkon kamarnya.

"Cantik? Bangun, yuk?" Ia berujar seraya menjemur kaos dan handuknya. Jawaban singkat yang lebih mirip seperti rengekan mengalun pelan dari mulut Cleo. Jeremy berjalan masuk, mendapati Cleo merenggangkan badannya dan membalikkan posisi tubuhnya jadi tengkurap. "Cleo? Udah pagi, Cantik. Yuk, bangun."

Cleo kembali berputar dan langsung mendapati sosok Jeremy sudah duduk di sampingnya. Gadis kecil itu kemudian menutup mata merahnya lagi.

"Ohh, gitu?"

Jeremy dan keusilannya kini menggelitik perut buncit dan ketiak Cleo hingga sang gadis kecil tertawa terbahak. Pria itu juga menggelengkan kepalanya di perpotongan leher Cleo hingga gadis itu meronta minta dilepaskan.

"Bangun, Cleo. Mandi dulu baru makan." Teriakan Clara mengudara dari arah dapur.

Lantas Jeremy menghentikan gelitiknya dan bangkit duduk. "Tuh, Bunda dah ngomel. Yuk, mandi sama Om?" Kedua tangannya mengacung ke arah Cleo yang terengah-engah.

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang