8 April 202x
Hari ini menjadi hari yang paling Jeremy antisipasi sejak lama. Setelah dirinya menunggu hampir 2 tahun, akhirnya hari ini datang juga. Hari pernikahannya dengan Clara datang.
Sejak subuh tadi, Jeremy sudah berada di ruang aula gereja yang disulap menjadi ruang tunggu. Sejak subuh pula ia tidak bertemu dengan Clara. Sejak tadi, Clara dirias di ruang yang berbeda dengan Jeremy. Seperti permintaan sang wanita, ia tidak boleh hadir atau sekadar mengecek sampai mana persiapan Clara.
Hal ini lah yang membuat Jeremy semakin berdebar.
Tapi untunglah ada sedikit pelipur. Cleo datang dengan gaun pendek selutut yang Clara persiapkan khusus untuknya. Ia datang dengan wajah cerianya, mendekatinya dan mengangkat kedua tangannya.
"Cawat." (Pesawat)
Mengerti arti permintaan Cleo, Jeremy yang sudah rapi dengan setelan hitam dan putih itu mengangkat tubuh mungil Cleo. Ia mengangkat dan memosisikan tubuh Cleo di atas pundaknya seperti pesawat.
"Pesawat mau terbang! Satu, dua...?"
"Da!" (Tiga)
Lantas Jeremy berlari kecil mengelilingi aula kosong diiringi oleh suara tawa Cleo. Itu adalah satu dari sekian bukti kedekatan antara Cleo dan Jeremy. Jeremy selalu tahu cara menyenangkan sang anak sambung seolah Cleo adalah anak kandungnya sendiri.
Setelah melewati beberapa putaran, Jeremy duduk di kursi dengan napas yang terengah. Ia mendudukkan Cleo yang masih tertawa kecil di pangkuannya. Tawa renyah itu selalu membuatnya lega, bahkan rasa lelahnya tidak berarti setelah melihat tawa menggemaskan itu.
"Cleo, Ayah boleh ngomong sama Cleo? Cleo dengerin, ya?"
"Inyah."
Jeremy menghela napas. Ia harus beritahu Cleo tentang honey moon-nya malam ini. Jika tidak, Cleo pasti tidak akan tenang tinggal seorang diri bersama Helena saja. Sesuai dengan permintaan Helena juga yang merasa akan lelah jika mengikuti pesta di Puncak, setelah pemberkatan nanti Cleo akan ikut Helena pulang. Tidak ikut pesta di Puncak.
"Okey. Nanti Cleo pulangnya sama Ibu dulu ya? Pulang ke rumah sama Ibu dan bobok dibacain dongeng sama Ibu dulu. Ayah sama Bunda masih harus kerja dulu, ya?"
"Nnno!"
"Kok 'no'?" Jeremy menghela napas kemudian memberdirikan gadis kecil itu di pangkuannya. "Gini, Cantik. Ayah sama Bunda masih harus kerja, tapi Ayah janji bakal pulang besok siang. Okey? Cleo mau dibawain oleh-oleh apa? Hmm? Apel?"
Cleo menggeleng.
"Apa dong? Pisang? Puding?"
Lagi, gadis kecil itu menggeleng dan merengek.
"Cleo mau mainan lagi?"
"Kutel." (Skuter)
Permintaan yang disertai rengekan itu membuat Jeremy terkekeh. Ia kecup singkat pipi Cleo kemudian berkata, "Okey, Ayah janji setelah pulang nanti kita main skuter lagi. Deal?"
"Kutel!"
Lagi-lagi Jeremy tertawa mendengar suara cedal Cleo yang masih belajar berbicara. Ia memeluk tubuh kecil itu dan mengusap punggungnya lembut. "Ayah janji kita main skuter lagi, ya?" bisiknya dengan perasaan yang penuh.
"Kok belum mulai-mulai, Nak? Jam berapa mulainya?"
Suara Helena dari ambang pintu membuat Jeremy menoleh. Ia lantas berdiri dan menghampiri sang ibu mertua dengan masih menggendong Cleo. Benar, seharusnya lima belas menit lagi acara dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
By The Irony Of Fate
FanfictionIni cerita klise yang singkat tentang Jeremy dan Clara yang bertemu karena ketidaksengajaan. Kalau ditanya bisakah cinta pandangan pertama hadir di antara dua orang dewasa, coba saja jadi saksi kisah mereka; si Jeremy yang lama menyendiri dan si Cla...