Sabar

310 39 6
                                    

Makan siang di rumah Helena hari ini sangat istimewa. Bukan hanya makanannya saja yang beragam; semur jengkol, nasi uduk, bihun goreng, perkedel kentang, dan es buah, tetapi juga kehadiran Adip dan Kira  yang mewarnai ramai rumah Helena. Obrolan mereka beragam, canda tawa mengalir begitu saja, juga dengan tingkah polah Cleo yang selalu menjadi pusat perhatian orang dewasa di sana.

Yang menjadi perhatian Jeremy selain itu adalah sikap Adip dan Kira yang tak biasa. Seperti Adip yang mengambilkan nasi dan lauk untuk Kira ketika Kira sibuk menjelaskan pengalamannya di apartemen baru, Adip yang membantu memisahkan jengkol di piring Kira karena gadis itu tidak suka, Kira yang mengambilkan minum ketika Adip cegukan, atau Adip yang mengambilkan tisu ketika Kira bersin.

Hal itu membuat Jeremy sedikit geli. Kenyataan bahwa sebelum ini mereka berempat sempat berkencan dengan pasangan lainnya itu lucu. Adip yang semula ia takutkan mengejar-ngejar Clara sampai ujung dunia itu terlihat begitu perhatian dengan sosok baru yang faktanya adalah mantannya. Ia sangat ingin membicarakan ini dengan Clara, tetapi ia tidak ingin momen-momen kecil itu hilang hanya karena dirinya yang menyinggung.

Makan siang sudah selesai. Jeremy dan Clara membereskan meja makan sementara Kira dan Adip ditahan oleh Helena untuk mengobrol lebih jauh tentang pekerjaan mereka.

"Kaget, ya, liat interaksi mereka?" Clara menyebelahi Jeremy yang sedang mencuci piring. Ia kini menyisihkan sisa bihun goreng dan perkedel kentang untuk ia bawakan kepada Kira dan Adip.

Jeremy menoleh sekilas. Ternyata Clara menyadarinya juga. Ia terkekeh, "Lucu juga mereka."

"Sayang."

"Hmm?"

Clara menaruh piring kotor di wastafel untuk kemudian dicuci oleh Jeremy. "Mbak Galuh ngechat di grup tadi. Dia udah dikonfirmasi sama pihak villa di puncak, katanya bisa buat hari Jumat sore," jelasnya. Ia tahu Jeremy tidak memegang ponsel sejak sibuk membantunya menata meja makan tadi.

"Syukur lah."

Wanita itu menempelkan pipinya di lengan Jeremy. Wajahnya terlihat sumringah ketika mengatakan, "Trus katanya bisa nerbangin lampion juga."

Hal itu membuat Jeremy ikut tersenyum. Wajah sumringah Clara itu sangat menarik baginya. Hingga membuatnya ingin melakukan apapun untuk bisa melihat ekspresi itu setiap hari.

"Villanya booking berapa hari?"

"Sampe hari Sabtu siang, 'kan? Sekalian?"

"Sekalian apa?" Alis Jeremy naik, melirik ke arah Clara.

"Sekalian." Clara melengos, mengambil kantung plastik. Sebuah alibi agar menghindari Jeremy yang senang sekali menggodanya.

"Sekalian apa, Sayang?" tanya Jeremy sekali lagi. Ia mengelap tangannya sebelum menarik Clara untuk ia peluk dari belakang. "Sekalian honey moon?" bisiknya di depan telinga Clara.

"Hu'um." Clara melepaskan pelukan Jeremy dan kabur ke sisi lain dapur.

Tawa kecil Jeremy mengudara. "Hu'um?" Diktenya dengan nada menggoda.

Seharusnya Jeremy bisa menang dengan membuat wajah Clara memerah sempurna. Hanya sedikit lagi sebelum Kira dan Adip tiba-tiba masuk ke dapur. "Jer, Clar. Kita balik ya? Gue sama Kira ada meeting." Begitu kata Adip seusai menginjakkan kaki di dapur.

Mendengar itu, Clara langsung menoleh kaget. "Eh, serius? Meeting kok pas weekend?" Ia segera mempercepat gerakannya memasukkan makanan ke kantung plastik.

"Gatau nih bosnya Adip." Kira menghampiri Clara dan bercipika-cipiki. "Pokoknya gue tunggu undangannya, ya. Gue juga berkenan buat jadi baby sitter Cleo satu malem," ujarnya diikuti tawa dari Adip yang tengah berpamitan pada Jeremy.

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang