Fitting Gaun

323 42 10
                                    

Tepat di 27 hari sebelum pernikahan diselenggarakan, Clara dan Jeremy baru mengunjungi designer untuk membuatkan gaun pernikahan Clara. Ini dikarenakan faktor Jeremy yang sibuk mempersiapkan serah terima jabatan di kantornya dua minggu lagi. Segala administrasi dan lainnya memusingkan bagi Jeremy. Belum lagi setelah pulang ia harus menyiapkan pernikahannya dengan Clara.

Jika ia boleh meminta, salah satu acara itu diundur saja. Karena sungguh, mempersiapkan dua hal besar sekaligus itu melelahkan secara fisik dan mental.

Usai memberikan gambaran tentang palet warna yang akan digunakan dalam dekorasi resepsi mereka, Jeremy memilih untuk menggunakan jas bernuansa putih tulang. Tidak banyak permintaan yang aneh-aneh darinya tentang bagaimana setelan yang akan ia pakai nantinya karena jujur saja ia sangat lelah.

Setelah pulang dari kantor, ia segera melesat ke Bekasi untuk melakukan fitting baju pengantinnya dan Clara. Jika saja pemilik butik itu bukan adik dari Catur, mungkin ia akan memilih untuk mencari butik yang lebih dekat dari rumah Helena. Karena Clara sudah berjanji untuk menggunakan jasa adik sahabatnya itu, ia tidak bisa memprotes.

Kini giliran Clara yang diarahkan ke ruang fitting gaun milik wanita. Jeremy awalnya menunggu di luar ketika Clara masuk ke dalam untuk melihat model dan mengukur tubuh. Tidak lama ia menunggu, karena kemudian Clara dan Bella keluar untuk membicarakan model dengan Jeremy.

"Saya tu bayangannya dress panjang gitu tapi ga yang ngembang. Modelan jatuh aja gitu. Trus karna ini ada dua acara, pengennya yang bisa dibuat dua look. Waktu pemberkatan tertutup yang pasti," ungkap Clara setelah ia duduk di samping Jeremy di sebuah sofa.

Bella, sang pemilik butik itu mengambil buku gambarnya dan mencoba menggambar sesuai dengan yang Clara arahkan.

"Okey. Kalau dibuat kaya jaket yang lepas pasang gitu gimana, Mbak? Jadi waktu resepsi bisa dicopot atasannya, diganti sama atasan satunya. Yang buat pemberkatan dibuat panjang dan tertutup gini?" Ia bertanya, memastikan sketsanya sesuai dengan yang Clara inginkan.

"Boleh, Mbak. Buat pemberkatan, saya juga pengen atasannya full payet gitu. Cuman dress bawahnya kain putih polos aja. Trus yang pas resepsi yang biasa aja ga perlu full payetnya." Clara mengarahkan Bella. Ia juga meminta agar tidak terlalu terbuka, sesuai dengan permintaan Helena.

Jeremy yang semula memperhatikan dari jauh itu ikut memajukan badannya dan melihat gambaran Bella dan Clara. "Lebih bagus aksen bunga-bunga, Sayang. Trus ga perlu kaya jaket gitu, dibuat kaya jubah yang dipasang di pundak aja, Mbak. Ga perlu pake kaya jaket lepas pasang gitu."

"Kalo bunga-bunga nanti nabrak sama jaketnya yang full payet." Clara membayangkan bagaimana hebohnya model yang Jeremy sarankan itu. "Ga, Mbak. Saya maunya yang ini aja."

"Loh, makanya kan aku bilang jubah aja, jangan jaket."

"Kalo jubah tu orang liat gaunnya tu ga berubah. Cuman beda jubah sama engga doang."

"Ya, justru itu. Biar orang juga ngerti maksud dressnya tu dua look gitu. Kan itu yang kamu maksud?"

"Ga usah sotoy."

Berada di tengah pertengkaran itu membuat Bella mengulum bibirnya sendiri. Ia sebenarnya tidak jarang menghadapi klien yang bertengkar soal model. Jadinya ia tidak terlalu kaget dan mampu menjaga raut wajahnya. Tetapi jujur saja, ia juga merasa tidak nyaman dengan pertengkaran itu.

"Aku ga sotoy. Aku ngasih pendapat. Kok kamu marah-marah?" Jeremy kembali menyandarkan punggungnya ke sofa dengan wajah lelahnya.

"Pendapatnya ga masuk akal." Clara melirik tajam ke arah Jeremy. Suasana hatinya sudah buruk walau hanya untuk memberikan saran untuk Bella. "Dah, Mbak ini aja. Selebihnya, saya serahin ke Mbak Bella, bagusnya di saya kaya gimana."

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang