Transparan

345 48 17
                                    

Jeremy baru saja selesai memasang baby monitor di kamar Clara. Dengan dipasangnya baby monitor tersebut, Clara setuju untuk melatih Cleo untuk tidur sendiri mulai malam hari ini.

Jika boleh Clara bilang, Jeremy mulai banyak berkontribusi dalam keluarga kecilnya. Jeremy juga mulai terbuka semenjak dirinya meminta untuk lebih transparan.

Dimulai dari sosok Jeremy yang terkenal di masa SMA ketika dirinya menjadi salah satu atlet voli perwakilan sekolahnya. Lalu, dirinya menjalin hubungan dengan beberapa perempuan sebelum akhirnya bertemu dengan Kira sebagai mantan terakhir dan terlama.

Walaupun begitu, Jeremy pastikan jika perasaannya pada Kira sudah lenyap. Kini hanya Clara lah yang ada di pikirannya.

"Cleo, denger Om Jer. Nanti malem Cleo tidur sendiri, ya? Kalo udah gelap, lampu udah dimatiin saatnya tidur. Okay? Ga boleh rewel lagi tiap malem. Karna apa, Cantik? Kalo malem saatnya orang istirahat. Bunda istirahat, Om Jer istirahat, Cleo juga istirahat. Ya?"

Jeremy mendikte Cleo yang kini duduk bersandar di sofa. Posisinya kini bersimpuh di hadapan Cleo, memberikan arahan pada anak itu berulang-ulang dengan sabar.

Cleo menggumam kecil, memajukan bibirnya seolah ia ingin menanggapi penjelasan Jeremy.

"Iya, Om. Gitu," dikte Jeremy lagi.

"Inyaaah."

"Iya, pinter." Jeremy mengecup pipi gadis kecil yang baru saja menjawab ucapannya.

"Udah forum dua arahnya?"

Clara menghampiri dengan membawa satu mangkok kecil berisi bubur bayi. Ia duduk di samping Cleo. Membuat sang anak menjatuhkan diri ke paha Clara.

"Makan dulu, yuk," ucap Clara lembut seraya mengangkat tubuh Cleo ke dalam pangkuannya.

Melihatnya, Jeremy tidak mampu menahan senyumannya. Ia beralih untuk duduk di samping Clara dan menyandarkan kepalanya di pundak sempit tersebut.

Untuk sementara, ia menginap di rumah Clara. Selain untuk membantu mengawasi baby training Cleo, mobilnya juga kini masih dalam tahap perbaikan di bengkel dekat rumah Clara.

"Makan terus nanti tambah gendut lo," ejek Jeremy seraya mencubit-cubit pelan perut Cleo.

"Biarin. Biar nanti Om Jer ga kuat gendong Cleo," mimik Clara seraya mengarahkan tangan mungil Cleo untuk memukul tangan Jeremy yang mencubit perutnya.

Jeremy terkekeh kemudian mencuri kecup di rahang Clara. Ia tatap dalam wajah Clara yang sibuk menyuapi Cleo. Wah, ini bukan pertama kalinya ia melihat Clara, tapi ia masih belum bosan mengagumi wajah itu.

Jika boleh Jeremy kagumi satu persatu, mata Clara adalah yang paling menarik. Mata bulat, bulu mata lentik, semuanya bersinar saat menatapnya. Saat ia mendapati pendar itu hilang, ia akan lakukan apapun untuk mengembalikan sinar itu lagi.

Lalu hidung bangir itu beberapa kali menjadi sasaran gigitannya. Hidung lancip itu kini dimiliki oleh Cleo juga, membuat mereka sangat identik.

Juga bibir tipis itu. Bibir yang kadang bergumam kecil, entah saat berpikir atau menggumamkan lagu acak. Bibir tipis berwarna merah muda itu tidak pernah absen membuatnya ingin menciumnya.

Pipi yang beberapa kali merona ketika ia menggoda adalah salah satu favoritnya juga. Jika ia bisa, ia kini menghabisi wajah itu dengan mengecupinya.

Merasa diperhatikan sangat lama membuat Clara menoleh. Ia mengangkat alisnya, bertanya dalam diam.

And why do I get so nervous when I look into your eyes?

Clara mengernyit dan memukul pelan perut Jeremy saat pria itu secara tiba-tiba bernyanyi untuknya. Lagu itu pernah satu kali diputar di mobil Jeremy. Lagu itu berjudul "I Guess I'm In Love" dari Clinton Kane itu beberapa kali didendangkan tipis oleh Jeremy.

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang