Adip

395 55 50
                                    

Karena Jeremy tidak menyanggupi untuk datang hari ini, Clara tidak jadi memutuskan untuk membuat kue. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bermain bersama Cleo lalu menyirami tanaman di sore hari. Tidak spesial, hanya dirinya dan buah hatinya yang menikmati waktu bersama di sepanjang hari.

Sore ini, Clara menempatkan Cleo di kereta dorong, sementara dirinya menyirami kebun kecil di depan rumahnya. Sesekali, tetangga satu kompleks menyapanya dari aktivitas pulang kerja mereka. Berbincang sebentar, menyapa Cleo yang tengah sibuk dengan biskuitnya, lalu pulang ke rumah mereka. 

Satu yang membuat Clara tertegun untuk sesaat. Beberapa hari ini, kedatangan Jeremy ke kehidupannya membuat tetangga-tetangganya mulai mempertanyakan; apakah Jeremy adalah kekasihnya, apakah Jeremy akan menjadi ayah baru Cleo, dan lain sebagainya. Sikap ramah Jeremy pasti adalah salah satu faktor mengapa tetangga-tetangganya itu menanyakannya.

Ia tidak muluk-muluk, hanya menjawab apa adanya. Meminta mereka untuk mendoakan yang terbaik apapun takdir akan membawanya.

"Clara."

Seharusnya, di saat seperti ini panggilan seorang pria di belakangnya adalah dari Jeremy. Pria itu biasanya datang sepulang kerja untuk sekadar bertemu dengannya dan Cleo. Namun, ketika ia berbalik, ia cukup dibuat terkejut dengan kehadiran pria jangkung pemilik senyum manis dan mata lebar.

Mata Clara otomatis ikut membulat menyadari siapa yang datang di balik pagar rendah itu. Ia segera mematikan keran air kemudian menghampiri pria berpakaian kasual dan tas ransel di punggung. 

"Adip? Kok kamu di sini?" tanyanya seraya membukakan pagar itu untuk Adip. Saat pagar terbuka, baru lah ia melihat bahwa satu tangan pria itu menggenggam pegangan koper.

Radifan Putra Denusa adalah pria yang kini bergerak menghampiri tubuh ringkih Clara dan merengkuhnya singkat. Pria itu kembali mengulum senyum manisnya pada sang mantan istri, seolah tidak bertanggung jawab atas keterkejutan Clara.

"Aku ada proyek di sini beberapa bulan ke depan. Ternyata perusahan tempat aku kerja emang ada kontrak di sini," ucapnya.

"Oh, gitu."

Mereka berdiri mematung untuk beberapa saat. Ada canggung di antara mereka karena sudah sangat lama mereka tidak bertemu dan berkomunikasi. Baik Clara maupun Adip hanya mengangguk kikuk.

Hanya Cleo yang menjadi penyelamat saat itu. Bayi kecil itu mengoceh asal dengan tangan yang mengacung ke udara. Memprotes Clara karena biskuitnya yang sudah hilang masuk ke perutnya.

Clara segera menghampiri Cleo. Mengambil biskuit baru dari keranjang di bawah kereta bayi itu dan memberikannya pada sang anak. Tak lupa, ia menyeka bibir mungil yang kotor dengan biskuit yang telah hancur.

"Ini... anak aku?" Adip menatap Cleo dari belakang punggung Clara.

Pria itu sempat terdiam ketika matanya dan mata Cleo bertemu. Entahlah, ia merasa ada ikatan batin dengan bayi mungil itu. Ia terkekeh kecil saat Cleo berjengit semangat saat melihat ke arahnya.

Selama ini, ia hanya melihat Cleo dari foto di media sosial Clara. Dan melihat gadis mungilnya secara langsung menciptakan rasa haru di dadanya.

Clara menyingkir sesaat, memberi tempat untuk Adip berjongkok dan menyapa anak mereka. Ia mengembuskan napas panjang, ada rasa aneh yang melingkupi ketika melihat pertemuan pertama antara Adip dan Cleo.

"Namanya Cleo."

"Cleopatra Denusa Putri? Kamu pake nama yang aku kasih?" Adip mendongak, membiarkan jari telunjuk kanannya digenggam oleh Cleo.

"Ya kamu bapaknya, kan?"

"Halo, Nak. Ini Papa."

Suara ocehan Cleo terdengar menggemaskan, seolah menanggapi Adip dengan bahasanya sendiri. Ia juga menjejak senang saat tubuhnya diangkat oleh Adip ke dalam gendongannya.

By The Irony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang