Tiga

589 29 0
                                    

-Selamat membaca teman teman. Jangan lupa vote nya yaaa.

Eyeeq 🦋

***

Setelah tiba dirumah sakit, Wulan segera dilarikan untuk mendapat pertolongan karena kondisi wanita itu terlihat sudah sangat lemah

Sesil, Marshall, Maya dan Bayu yang baru tiba hanya bisa menunggu dengan harapan semua akan baik baik saja diluar ruangan.

Sesil masih menangis dalam pelukan Bayu, gadis itu meracau memohon agar mamanya segera sadar dan bisa sembuh

"Om Bayu, mama bakalan sembuh kan om? Mama ngga bakal ninggalin Sesil kayak Papa waktu itu kan om?" tanya Sesil pada Bayu.

Bayu menatap gadis kecil itu dengan pilu "Sesil, kita doakan mama kamu ya supaya keadaannya baik-baik aja. Sesil juga udahan dong nangisnya, nanti kalau mama udah sadar terus liat muka Sesil berantakan, mama nya jadi sedih" pinta Bayu. Maya yang mendengar itu kemudian mendekat dan duduk disebelah suaminya

"Om Bayu bener. Sesil anak mama yang cantik ini kalo nangis jadi jelek. Mama aja ngga suka lihatnya, apalagi mama Wulan kan nak? Ayo dibersihkan dulu wajahnya" Maya kemudian mengusap pelan wajah Sesil dari sisa air mata

Sementara Marshall yang duduk dihadapan mereka, tak tahu harus berbuat apa untuk menghibur Sesil. Ia juga merasa khawatir dengan keadaan tante Wulan

"Mama, om, kak Acal tolong doakan mama Sesil supaya bisa sembuh ya. Tolooong banget" ucapan Sesil dengan suara lirih dan kedua telapak tangan yang ia satukan membuat hati ketiganya juga ikut merasa sedih.

Bayu pun yang masih menggendong Sesil, memeluk erat tubuh anak itu

"Sesil ngga usah takut ya, ada om Bayu ada mama Maya juga kak Marshall yang bakal selalu nemenin Sesil. Ya nak ya" ucapan Bayu kembali membuat air mata Maya luruh namun ia dengan cepat mengusapnya walaupun sudah terlihat oleh Marshall

Marshall tahu, Sesil benar benar sudah dinggap putri kecil didalam keluarganya. Walaupun terkadang mereka sering bertengkar, tapi Marshall menyayangi Sesil. Tidak merasa cemburu sedikitpun pada Sesil ketika ia melihat orangtuanya begitu perhatian pada Sesil.

Sesil kecil sudah kehilangan sosok ayahnya sejak ia berusia tiga tahun. Om Adam -Papa Sesil meninggal dunia dalam kecelakaan mobil saat itu.

Tante Wulan membutuhkan waktu yang lama untuk pulih dari keadaannya, hingga ia lupa ada Sesil yang masih harus ia perhatikan pertumbuhannya.

Sesil lebih sering dibawa kerumah oleh mama. Itu sebabnya ia juga memanggil Maya dengan sebutan mama. Sementara Bayu yang jarang dirumah karena pekerjaannya sebagai seorang pilot, membuat Sesil dan papanya tidak begitu dekat kala itu.

Mereka menyayangi Sesil seperti anggota keluarga mereka sendiri. Marshall juga sudah terbiasa berbagi apapun miliknya pada Sesil.

Jika hubungan mereka sedang baik baik saja, tak jarang Marshall akan mengajak Sesil bersepeda keliling komplek sore hari. Atau membawakan jajanan dari sekolah untuk Sesil.

Semua Marshall lakukan untuk kembali membuat Sesil bisa bahagia.

Dan kini, keadaan itu seakan kembali terulang. Melihat kondisi tante Wulan yang sedang kritis, Marshall dilanda rasa khawatir.

Khawatir jika nanti Sesil mereka kembali terluka dan bersedih. Dan Marshall yakin, ini akan memakan waktu yang lama.

Ketika sedang sibuk dengan pikirannya, suara Sesil menyadarkan Marshall

"Kak Acal, Sesil mau susu Ultramilk dong" pinta gadis itu yang masih berada dalam dekapan papa nya

"Iya, bentar aku beliin ya" ucap Marshall yang sudah siap beranjak

"Sesil ikut ya" gadis itu kemudian turun dari pangkuan Bayu dan berjalan bersama Marshall menuju kantin

"Hati hati ya Cal" suara teriakan Bayu terdengar memperingati mereka

***

"Kak, mama Sesil kenapa sih? Kenapa kok tiba-tiba banget pingsannya?" tanya Sesil pada Marshall.

Mereka kini tengah duduk berdua dikantin, Sesil meminta Marshall untuk menemaninya disana. Entah apa yang ada didalam pikiran anak tujuh tahun itu namun yang pasti Marshall akan selalu menemani Sesill

"Aku juga ngga tau. Mungkin nanti bisa kita tanyain aja ya" hanya itu yang bisa Marshall katakan. Karena ia benar benar tidak tau kondisi Wulan saat ini

"Kalo dirumah, mama ngga pernah cerita sakit loh kak. Tapi mama sering minum obat sih. Sesil pernah tanya, kata mama itu vitamin doang kok kak. Atau jangan-jangan mama lupa minum vitaminnya ya makanya mama jadi sakit?" tebak Sesil

"Udah ah, ngga usah nebak-nebak gitu. Habisin ayo susu nya. Kita balik lagi keruangan, mungkin tante Wulan udah selesai diperiksa" Marshall mengingatkan.

Mendengar perkataan itu, Sesil segera menghabiskan susu kotak full cream miliknya sementara Marshall tetap memperhatikan Sesil

"Kak Acal, janji sama Sesil ya kakak ngga boleh tinggalin Sesil. Sampe kapan pun. Ya kak ya" ucapan Sesil bersamaan jari kelingking yang ia angkat tiba tiba membuat Marshall tersadar dari lamunannya

Marshall menyambut dengan kelingkingnya, "Iya. Janji ngga bakal ninggalin kamu Sil. Udah belum? Yuk balik kalo udah" akhirnya mereka kembali menuju ruangan.

Setiba disana, Sesil dan Marshall tidak mendapati Maya dan Bayu disana. Sesil mulai panik, mengapa kedua orangtua itu menghilang

"Kak, mama sama om Bayu kemana? Kok ngga ada?" Tanya Sesil pada Marshall sementara ia juga tidak tahu kemana orangtuanya pergi.

Namun Marshall berusaha tetap mengendalikan diri dari kecemasannya saat ini. Bisa bisa kalau Sesil tahu ia panik, gadis kecil itu akan menangis disini. Sungguh Marshall tidak ingin itu terjadi

"Sebentar, aku tanya suster dulu" pamit Marshall kemudian menghampiri suster yang baru saja lewat dihadapan mereka

"Permisi sus saya mau tanya, ada lihat mama dan papa saya ngga? Tadi mereka ada disini, nungguin tante Wulan didalam" jelas Marshall pada suster itu

"Kalian keluarga nya bu Wulan ya? Bu Wulan sudah dipindahkan keruang rawat. Mari saya antarkan" akhirnya Sesil dan Marshall mengikuti suster yang akan membawa mereka menuju ruangan Wulan.

"Nah, ini ruangan bu Wulan nya ya. Kalau gitu saya permisi ya dek" ucap suster itu dan dibalas oleh ucapan terimakasih dari Sesil dan Marshall

Perlahan tangan mungil milik Sesil mendorong pintu ruangan itu. Begitu terbuka, ia mendapati Wulan, Maya dan Bayu disana

"Mama" suara Sesil yang terdengar lirih perlahan mendekat kearah tubuh Wulan yang terbaring tampak lemah disana

"Mama Maya, kenapa mama Sesil belum bangun sih?" tanya Sesil dengan suara bergetar

"Mama Sesil baru aja tidur kok sayang. Lagian ini kan udah malam, udah waktunya tidur. Sesil juga tidur dulu ya, besok pagi baru deh kita ngobrol sama mama. Gimana?" tanya Maya pada Sesil.

Gadis itu akhir nya menangguk. Ia mau tidur, tapi harus disebelah mama nya.

Jadilah malam ini keluarga Marshall menemani Sesil dan mamanya dirumah sakit. Untung saja kamar yang ditempati oleh Wulan adalah VVIP, sehingga ada tempat tidur untuk yang mendampingi juga sofa yang cukup untuk mereka bertiga.

"Mama, cepet sembuh ya. Sesil takut banget ma kalo mama sakit begini. Mama janji ya, jangan tinggalin Sesil. Nanti kalo mama pergi tinggalin Sesil, Sesil sama siapa ma" ucapan lirih gadis itu berhasil membuat air matanya luruh.

Ia kemudian mengeratkan pelukannya pada sang mama. Berharap esok hari semua akan baik-baik saja.

Bitter-Sweet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang