tiga belas

447 24 0
                                    

-Jangan lupa vote teman teman❤

Eyeeq 🦋

Terlalu sulit untuk selalu mencoba menerka nerka isi kepala setiap insan.
Sederhananya, pahami cara mereka bersikap.

***

Setelah lelah seharian mengurus pelanggan, akhirnya mereka berganti untuk makan siang.

Sesil dan Rani segera menuju dapur, sudah ada dua bungkus nasi disana. Kata Akmal itu traktiran mas Angga untuk semua karyawan hari ini.

Rejeki tidak akan ditolak, apalagi oleh Sesil. Gadis itu kemudian mengambil kursi dan mulai menikmati makan siangnya dengan khidmat.

"Sil, tadi waktu ngantar pesanan meja 15 kok tiba tiba banget teriak, kenapa?" tanya Rani

"Oh, itu Ran. Aku ngga sengaja nyenggol pelanggan. Jadi ya refleksnya teriak aja gitu" kilah Sesil

Pertanyaan Rani membuat Sesil kembali teringat kejadian tadi. Sesil tidak tahu mengapa Marshall seperti itu padanya. Memang sejak kecil mereka jarang sekali akur, tapi untuk abai pada Sesil sepertinya itu bukan seorang Marshall.

Pikiran tentang Marshall memenuhi kepala Sesil, hingga panggilan dari Akmal kembali menyadarkan gadis itu

"Tolong dong, buatin cookies matcha lagi Sil. Udah kosong tuh" pinta Akmal dan diangguki oleh Sesil.

***
"Jadi gimana Sal, hubungan lo sama dokter Gianna?" tanya Riko membuka obrolan

"Rekan kerja sih, Ko. Pertanyaan lo aneh banget" jawab Marshall tampak kesal sementara matanya sesekali melirik kearah meja kasir

"Selain rekan kerja, satu rumah sakit juga tau kali Sal perasaan si Gianna gimana sama lo"

"Males banget gue Ko ngebahas hal gapenting begini. Gianna tu cuma rekan doang, gue ngga tertarik"

"Ngga tertarik kata lo?! Serius Sal?? Apa coba kurangnya Gianna? Cantik, pintar, mapan pula" pancing Riko

"Maaf ngga minat gue Ko. Lo aja kalo minat" tolak Marshall telak. Sementara Riko terheran dengan jawaban Marshall.

Bagaimana mungkin temannya yang satu ini tidak tertarik dengan seorang dokter Gianna.

Wanita cantik, pintar dan sudah mapan. Apa yang kurang?

Riko yang sibuk dengan pikirannya sementara Marshall juga sibuk dengan cemilannya.

"Ini dari cafe sini Ko?" tanya Marshall ketika sudah mendapati cemilan mereka sudah habis tanpa sisa karena ulahnya

"Ya menurut lo gue jajan diluar bawa kemari? Kurang kerjaan banget gue" sarkas Riko

"Ntar ya gue masih lapar nih" Marshall kemudian beranjak menuju lemari kaca yang memajang banyak macam kue

"Mas, bomboloni coklatnya tiga" pinta Marshall pada seorang pria dengan name tag Akmal.

"Mas, cookiesnya udah beres belum?" tanya seorang perempuan yang masih menggunakan seragam SMP yang sedang berdiri disamping Marshall.

"Sebentar ya mas" pamit Akmal ada Marshall kemudian berlalu menuju dapur

Marshall sedikit bergeser ketika melihat barista itu sudah kembali, memberi ruang pada anak gadis disebelahnya

"Sebentar lagi ya mba. Nanti akan kami antarkan" ucap Akmal kemudian gadis itu berlalu menuju meja nya

"Maaf ya mas lama. Hari ini cafe mendadak ramai, jadi banyak kue yang habis. Pesanannya ini aja mas?" tanya Akmal

Bitter-Sweet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang