tiga sembilan

278 16 0
                                    

Sudah seminggu Sesil berada dirumah Marshall namun kedekatan mereka juga tidak terlalu membaik. Belakangan ini Marshall sering pulang hingga larut, terkadang berangkat juga buru buru membuat waktu mereka berbincang sangat minim

Dan pagi ini sedikit berbeda dari pagi pagi sebelumnya. Marshall yang keluar kamar tanpa setelan kerja nya cukup membuat Sesil bertanya, apa pria itu tidak bekerja hari ini?

"Kak Acal, ngga kerumah sakit?" tanya nya langsung begitu melihat Marshall duduk dikursi. Pria itu tampak mengusap matanya yang masih merah

"Ngga. Hari ini lagi on call aja. Sil, tolong buatin aku kopi boleh?" tanya nya dan segera diangguki Sesil "Sebentar ya" ucapnya kemudian berlalu menuju dapur untuk membuatkan kopi Marshall

Dirumah ini Marshall memang menyedikan mesin kopi dan Sesil yang mengerti cara penggunaannya merasa sangat terbantu dengan benda istimewa itu.

"Ini kak kopinya. Sambil makan rotinya ya biar lambungnya ngga kesiksa" jelas Sesil dan Marshall hanya mengangguk

Wajah pria itu terlihat Sedikit pucat pagi ini namun Sesil mencoba berpikir bahwa itu adalah efek kurang tidurnya

"Kenapa kak?" Sesil bertanya panik ketika Marshall memijat pelipisnya

"Sakit kepala. Tolong ambilin kotak P3K ya" tanpa menjawab Sesil beranjak menuju lemari untuk mengambil kotak yang Marshall butuhkan

"Kak istirahat aja dikamar yuk. Aku takut banget kakak kenapa napa" suara Sesil sudah terdengar lirih karen takut dengan kondisi Marshall

"Kamu masak apa?" Marshall malah bertanya pada Sesil

"Emm, belum masak sih buat sarapan tadi aku cuma bikinin toast aja. Kakak mau?" Marshall pun mengangguk membuat Sesil beranjak mengambil toast yang memang sudah ia siapkan tadi

Walaupun ia kehilangan selera makan, tapi Marshall butuh mengkonsumsi sesuatu sebelum ia memakan obat.

Toast coklat dihadapannya sebenarnya sangat menggoda, namun Marshall hanya mampu menghabiskan satu saja

"Jangan minum kopi kak, nih susu hangat" entah dari kapan, Sesil sudah menyediakan susu coklat hangat dihadapan Marshall

"Saya butuh kopi sedikit Sil, siniin" pinta Marshall yang tangannya sudah mengarah pada gelas yang Sesil pegang.

"Susu aja kak, ini buat aku. Aku butuh kafein nih" gadis itu kemudian meneguk kopi yang ada digenggamannya membuat Marshall terkejut

"Enak kok, sengaja aku tambahin susu tadi" jelas gadis itu terkekeh sementara Marshall hanya menggeleng lemah tak kuat menahan sakit pada kepalanya

Mereka pun menikmati sarapan pagi dengan Sesil yang sesekali melirik kearah Marshall

"Kamu ngga kerja? Udah jam berapa ini?" sontak keduanya menatap kearah jam dinding dan Sesil terkejut ketika sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi

"Astaga aku bisa telat, kakak kalo udah siap sarapan langsung makan obat ya. Aku beres beres dulu" Sesil berlalu meninggalkan Marshall dimeja makan

Berpacu dengan waktu, Sesil akhirnya selesai bersiap untuk kerja. Sebelum berangkat ia berniat ingin berpamitan pada Marshall sehingga kini ia berada didepan pintu kamar pria itu

Tok tok

"Kak Acal" panggil Sesil namun belum ada sahutan. Gadis itu kembali memanggil namun masih sama, Marshall tak menyahut membuat Sesil sedikit khawatir dengan keadaannya

Tangannya perlahan membuka knop pintu, dan bisa Sesil lihat Marshall sedang tertidur diatas kasur miliknya

Tubuh pria itu terbungkus selimut dan horden kamar pun tampak belum terbuka. Memilih untuk melangkah mendekat, dengan perlahan Sesil menempelkan punggung tangannya pada dahi Marshall

Bitter-Sweet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang