dua puluh

332 18 0
                                    

-Selamat membaca temans❤

Eyeeq 🦋

***

S

udah hampir sebulan sejak mengirimkan Marshall cookies, Sesil tidak bertemu dengan pria itu. Biasanya Marshall akan menyempatkan untuk berkunjung ke cafe barang untuk memesan minuman saja, namun ini sama sekali tidak ada.

Sesil juga  malas menghubungi Marshall. Ia hanya sesekali menghubungi Maya untuk bertanya soal kabar wanita itu

Sesil juga beberapa kali menginap disana, namun ia tak bertemu Marshall. Kata Maya saat itu Marshall sedang mendapat shift malam sehingga mereka tidak bertemu kala Sesil menginap disana.

"Sil, ada yang nyari tuh" suara Rani menarik perhatian Sesil yang sibuk dengan adonan kuenya

"Siapa?" gadis itu kembali mengulen tepung untuk adonen kue nya siang ini

"Ngga tau. Laki laki. Katanya ada perlu sama kamu. Temuin dulu ya" Rani kemudian beranjak kembali menuju depan setelah mendapat anggukan dari Sesil.

Sesil mulai melepas apron miliknya dan mencuci kedua tangan sebelum akhirnya keluar dari pantry

Gadis itu begitu terkejut melihat keberadaan Cakra di cafe. Ada perlu apa sehingga Cakra mau susah payah menemui nya disini. Ingin menghindar juga tidak mungkin. Bisa bisa om nya akan membuat keributan didalam Cafe yang mengakibatkan pengunjung lain terganggu.

Menghelas nafas kasar, Sesil melangkah dengan berat untuk menjumpai Cakra. Bagaimanapun Cakra satu satunya keluarga Sesil yang tersisa.

"Om" sapa Sesil pertama kali dan memilih duduk dihadapan Cakra

"Sil, om butuh duit" Cakra sungguh manusia tak beradab. Bisa bisanya setelah lama tak bertemu bukannya menanyakan kabar ia malah meminta duit

Jika bisa memutus ikatan darah dan tak peduli pada kehidupan Cakra dan istrinya Sesil memilih untuk tidak memiliki keluarga saja sekalian. Toh mereka juga sama sekali tidak punya andil apa apa selain membuat Sesil susah.

"Sesil ngga bisa bantu om maaf" tak ingin basa basi gadis itu memilih meninggalkan Cakra. Berniat meninggalkan Cakra, Sesil pun beranjak dari duduknya

"Kamu itu ngga tau terimakasih ya. Kamu itu nempati rumah orangtua saya. Punya adab sedikit kamu untuk tahu terimakasih" suara Cakra yang meninggi membuat beberapa pengunjung yang tak jauh dari sana menatap kearah mereka. Akmal yang berada dikasir pun sempat melirik ke arah Sesil. Takut takut rekannya malah dalam bahaya.

Wajah Sesil sungguh memerah menahan malu dan amarah pada Cakra. Gadis itu menghembuskan nafas perlahan mencari ketenangan sebelum akhirnya kembali duduk dihadapan Cakra

Kali ini Sesil tidak lagi boleh lemah. Cakra atau siapapun tidak boleh lagi mengusik kehidupan Sesil

"Barusan om cerita soal adab dan rasa terimakasih ya? Lalu dimana adab om Cakra ketika menjual rumah milik orangtuaku? Tanpa sedikitpun memberi aku apa apa dari hasil penjualan rumah itu? Om tau itu salah satu bentuk kriminalitas kan? Lalu dimana rasa terimakasih om ketika aku tidak menuntut om bahkan melaporkan tindakan om ke polisi disaat aku sebenarnya bisa melakukan itu" jelas Sesil tegas menatap kearah manik mata Cakra tajam. Tidak ada lagi tatapan sopan disana, Sesil benar sudah diambang batas sabarnya.

Pria itu tampak mulai gelisah diduduknya, tidak menyangka Sesil akan memberi perlawanan padanya, apalagi membahas masalah penjualan rumah Wulan itu.

"Sudahla om, aku rasa lebih baik mulai hari ini anggap saja kita tidak saling mengenal. Masalah rumah yang om jual, itu akan aku maafkan. Begitu juga dengan rumah peninggalan nenek, bukan nya itu sudah jelas milikku saat ini om?" Sesil kembali membungkam Cakra membuat wajah pria itu memerah menahan amarah

Bitter-Sweet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang