empat satu

355 14 0
                                    

Marshall benar benar membuktikan omongannya. Dan Sesil sudah tidak punya kesempatan bahkan untuk menolak status yang Marshall tawarkan.

Hari ini, Marshall hanya memiliki jadwal poli yang dimulai pukul dua siang. Dan sejak pukul sebelas tadi, ia sudah berada di Cafe Hunny Bunny hanya untuk melihat Sesil bekerja.

Pria itu memilih duduk menghadap meja kasir, karena itu satu satunya tempat ia bisa melihat Sesil. Pesanan Croisant nya pun belum diantarkan, dan Marshall memiliki permintaan khusus ketika memesan tadi. Harus diantar Sesil.

"Ngga kerja kamu kak?" tanya Sesil yang baru saja tiba dan meletakan Croisant pesanan Marshall

"Jadwal poli doang, jam dua nanti. Kamu udah selesai bakingnya?" Marshall balik bertanya sambil menggigit roti yang ia pesan

Sesil hanya mengangguk, memperhatikan bagaimana Marshall menggigit roti itu.

"Aku belum sempat ajakin Tere sama Rani buat makan loh, sayang. Mereka lagi free ngga?" Sesil ternganga. Bukan karena Tere dan Rani. Apa katanya tadi, sayang? Sesil kan jadi malu. Wajah gadis itu saja sudah tampak bersemu saat ini, bahaya!

"Hei, Sil?" Marshall sedikit menyentuh punggung tangan Sesil membuat gadis itu terperanjat

"Ha?? Emm itu mereka lagi sibuk di pantry kak. Nanti deh aku kabari kapan mereka free nya" gadis itu berkilah, berharap Marshall tidak menyadari wajahnya yang sudah memerah.

Mereka pun melanjutkan obrolan. Marshall yang tampak santai dan menikmati waktu sedangkan Sesil tampak gelisah. Untungnya tak lama, dering ponsel Marshall terdengar

"Sebentar, dari rumah sakit" katanya dan diangguki Sesil

Sesil mendengar pembicaraan Marshall ditelfon. Sepertinya pria itu diminta untuk segera datang karena ada operasi dadakan yang menunggunya.

Marshall kembali meletakkan ponselnya diatas meja "Aku harus berangkat sekarang. Ada operasi dadakan. Nanti malam, aku jemput ya?" tanya nya. Sesil tampak terdiam, mengingat sesuatu

"Yaah kak. Nanti malam aku balik sendiri dulu ya. Soalnya mau pergi main bareng Tere, Rani" kata Sesil

"Kalian udah balik malam, mau main kemana emang?" Marshall tampak tak setuju dengan rencana gadisnya itu

"Mau nyobain angkringan dideket kost nya Tere kak. Rencana juga mau nginap disana. Aku aja udah bawa baju ganti" jelas Sesil

Tak ingin mendebat karena ia pun diburu waktu, Marshall akhirnya mengangguk saja "Oke, tapi tetap kabari aku ya. Aku jalan dulu. Bye sayang" lagi lagi sayang dari Marshall membuat Sesil bersemu

"Hati hati kak" ujarnya sebelum Marshall berlalu.

Dari tempatnya duduk, Sesil masih dapat melihat mobil Marshall yang baru saja melaju meninggalkan parkiran

"Busettt, sayang sayang nya dokter Marshall nih" goda Tere sembari menyenggol pundak Sesil

"Apasih Ter ih. Udah ayo balik kerja" Sesil menarik tangan Tere menuju pantry sementara Tere masih terus menggoda

Begitu Marshall tiba dirumah sakit, pria itu segera menuju ruangannya untuk berganti scrub sebentar. Informasi yang ia dapat sebelum masuk kedalam ruangan tadi adalah pasien sudah dibawa keruang operasi.

Marshall melangkah cepat, terburu buru karena tidak ingin menghabiskan waktu sementara pasiennya sudah menunggu. Namun belum juga melangkah jauh pria itu berpapasan dengan Riko

"Ko, kenapa lo?" tanya nya begitu melihat raut sendu dari dokter yang biasa tampil ceria itu

"Hai, Shall. Ngga apa apa. Eh, lo udah ditungguin tuh diruang operasi. Buru gih" Riko kemudian berlalu meninggalkan Marshall.

Bitter-Sweet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang