tiga tujuh

280 18 0
                                    

Selamat membaca

***

Tidak seperti perkataan Sesil sebelumnya, ia justru terpaku ketika bertemu Marshall begitu tiba dirumah

"Darimana sih ma? Dicariin juga dari tadi" tanya Marshall

Tak berniat menjawab, Maya justru membawa Marshall juga Sesil menuju ruang keluarga

"Maaf ya, mama tadi bawa Sesil jalan jalan sebentar. Habisnya papa sama Marshall sibuk disana" jelas Maya beralasan.

Entah apa yang membuat Maya memilih berbohong pada Marshall, Sesil memilih tak peduli.

Pikirannya tengah penuh dengan segala macam fakta yang baru ia ketahui hari ini

Maya dan Sesil pun ikut bergabung bersama Bayu dan Marshall diruang keluarga untuk nonton bersama.

Sesil sesekali melirik Marshall. Menahan diri untuk tidak memeluk pria itu. Ketiganya menyadari Sesil, namum kompak untuk mengabaikan.

"Besok aku harus balik, ma, pa" ucap Marshall menarik perhatian ketiganya

Maya dan Bayu yang mengerti bahwa cuti Marshall hanya sehari pun mengangguk saja sementara Sesil terlihat bingung. Mau ikut balik tapi ia dan Marshall juga masih belum berdamai. Mau ngga ikut pulang, ya mana bisa

Namun Sesil memilih tetap diam, tidak mungkin Marshall meninggalkannya bukan?

"Kita berangkat pagi, sekitar jam 5" suara Marshall kembali terdengar. Jelas perkataannya ditujukan untuk Sesil namun gadis itu malah melongo terkejut

"Ngga kepagian tuh Cal?" tanya Maya

"Acal ngejar masuk OK jam sepuluh ma" jelas Marshall dan diangguki ketiganya

Selesai nonton bersama dan berbincang sebentar hingga akhirnya Maya dan Bayu memilih istirahat lebih dulu. Tinggal lah Marshall juga Sesil disini. Marshall yang sibuk dengan ponselnya sementara Sesil sibuk dengan pikirannya

"Istirahat, besok kesiangan lagi" ujar Marshall kemudian berdiri. Baru saja melangkah, suara Sesil menghentikannya

"Kak, kak Acal?" panggilnya lirih namun masih bisa didengar jelas oleh Marshall

Tak berniat menjawab, Marshall hanya membalikkan badan dan menatap Sesil

"Terimakasih ya sudah mau nerima aku lagi" ucap gadis itu kemudian berlalu meninggalkan Marshall yang kebingungan.

Entah karena tidak bisa tertidur pulas atau memang ia yang bersemangat pulang, setengah lima pagi Sesil sudah terjaga. Gadis itu berniat untuk menuju dapur mengambil minum karena lupa membawa air kekamar.

Rumah masih terlihat gelap, membuat ia harus berhati hati melangkah. Begitu tiba dilantai bawah, Sesil melihat dimeja dapur Marshall sedang duduk dan dihadapannya berserak beberapa buku juga ipad nya menyala

"Kak? udah bangun atau ngga tidur?" tanya Sesil ketika sudah berada didekat Marshall

"Udah bangun" jawaban dingin Marshall membuat Sesil hanya mengangguk tak berani bertanya lagi.

Gadis itu melangkah menuju kulkas, kemudian membawa susu kotak kearah lemari untuk mengambil gelas

"Tolong buatkan untuk saya kopi, boleh?" tanya nya namun tak juga menatap Sesil

"Boleh kak, sebentar ya" dengan cekatan ia membuatkan kopi untuk Marshall dan segera meletakkan didekat pria itu

"Terimakasih Pricilla" sungguh mendengar Marshall menyebut namanya begitu membuat hati Sesil sedikit terasa perih "Kamu siap siap gih. Saya juga selesai ini mau beres beres. Biar ngga kesiangan" ujar Marshall dan diangguki Sesil

Bitter-Sweet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang