ACDD 13# MENGHINDAR
"Sifat iri bisa berdampak dua hal pada seseorang, positif dan negatif. Berdampak positif apabila mendorong orang itu untuk menjadi lebih baik. Berdampak negatif apabila rasa iri itu menimbulkan kebencian secara berlebihan apalagi sampai mempunyai keinginan untuk menjatuhkan."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
"Fa, aku mau ke kantin. Mau nitip sesuatu, gak?" tanya Ririn menghampiri Aisfa yang berbaring dikasur.
Aisfa menggeleng sembari tersenyum. Entah kenapa tiba-tiba kepalanya menjadi pusing, jadi ia memilih untuk tiduran.
"Kamu sakit? Kok muka kamu pucat?" Ririn menyentuh kening Aisfa. Aisfa memindahkan tangan Ririn dengan cepat.
"Aku baik-baik aja, Ririn."
"Badan kamu panas, Fa." Ririn mulai khawatir.
"Kamu lebay, aku cuman pusing dikit. Habis tidur nanti paling udah baikan."
Ririn menatap Aisfa lama. Terdapat raut wajah cemas di sana. "Kamu sampai begini jangan-jangan karena masih mikirin perkataan Rina tadi siang ya?"
Aisfa berdecak kesal. "Gak ada sangkut pautnya sama dia. Dengar ya, Ririn cantik. Aku itu udah gak marah sama dia. Cuman sempat kesel aja sama omongannya. Aku cuma sedikit pusing mungkin karena kecapean aja."
Ririn mengangguk mengerti. "Yaudah aku beliin obat pusing nanti buat kamu ya. Jangan tidur dulu, aku cepetan kok."
Aisfa mengangguk samar.
Setelah kepergian Ririn, Aisfa berjalan gontai kearah lemarinya. Ia ingin meletakkan jarum pentulnya takut membahayakan teman-temannya jika ia menaruhnya sembarangan, tapi tiba-tiba netranya terkunci pada kitab suci yang terpajang di sana sampai tak sadar air matanya menetes. Aisfa memeluk Al-Qur'an-nya dengan erat.
"Kenapa ya rasanya sakit banget dibanding-bandingin perihal pengetahuan ilmu agama. Padahal selama ini aku gak pernah semarah ini kalau ada yang jelek-jelekin aku."
"Iya, aku sadar diri kalau aku emang sebodoh itu tentang agama, tapi tetap aja rasanya sakit dengar mereka bandingin aku sama ustadzah Naifa. Ustadzah Naifa, kan udah lama mondoknya. Jadi pantas jika lebih paham masalah agama daripada aku yang baru masuk pesantren. Apalagi dia terlahir dari keluarga agamis."
"Aku pengen berubah tapi apa masih pantas? Baca Al-Qur'an aja aku masih terbata-bata. Salat? Waktu di rumah aku gak pernah salat walaupun semenjak kecil udah diajarin caranya sama Bunda. Aku mulai salat semenjak tinggal di sini dan itu pun gak khusyuk. Aku ngelakuin semua itu karena mengikuti peraturan pesantren biar nggak dihukum."
Napas Aisfa memburu. Dadanya sesak dengan air mata yang tak mau berhenti turun.
"Ya Allah, aku mau hijrah, tapi aku malu. Siapa yang akan membimbingku?"
Aisfa langsung menghapus air matanya dan segera naik ke atas tempat tidurnya saat rungunya mendengar suara ketipak langkah kaki menuju kamarnya. Mereka adalah Najwa dan Syafa yang baru pulang dari ndalem.
🕊🕊🕊
"Aisfa, minta tolong dong bawa hiasan bunga ini ke ruang tamu ya," pinta ustadzah Naifa yang langsung di iyakan oleh Aisfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa (Cinta dalam Doa)
SpiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan mendadak merasakan getaran cinta...