ACDD 39# UNGKAPAN CINTA
"Jadi begini ya rasanya cinta setelah pernikahan? Sesuatu yang semula haram menjadi halal. Segalanya terasa lebih indah saat bersamanya."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
"Assalamualaikum," ucap Gus Alfatih sembari membuka pintu kamarnya.
Tidak ada sahutan. Bibirnya menyunggingkan senyuman ketika melihat istrinya sudah memejamkan matanya di atas tempat tidurnya.
"Sudah tidur rupanya."
Gus Alfatih mendekati perempuannya dan duduk di sebelahnya. Tangannya terurai mengabsen setiap jengkal wajah Aisfa. Matanya yang setiap kali membuat hatinya berdebar saat menatapnya. Dan bibirnya yang membuat Gus Alfatih hampir gila karena senyumannya.
"Maaf, Habibati. Saya terlalu lama meninggalkanmu," bisiknya.
Gus Alfatih baru saja habis mengantar Paman dan Bibi'nya ke rumah mereka disebabkan mobil mereka mogok.
Merasakan sentuhan di wajahnya, Aisfa menggeliat tidak nyaman. Gadis yang tidur masih mengenakan hijab itu membulatkan matanya sempurna kala melihat keberadaan Gus Alfatih. Refleks, ia langsung mengubah posisi tidurnya sebelum nyawanya benar-benar terkumpul.
"Eh, Gus. Ngapain?" Aisfa menatap Gus Alfatih was was.
"Lagi mengagumi kecantikan istri saya sepuasnya."
"Sebelumnya saya takut meski hanya sekedar meliriknya, tapi sekarang saya bisa menatapnya sepuas hati saya sebab kamu sudah halal bagi saya."
Pipi Aisfa merona. Suaminya sukses membuat dadanya bertalu-talu.
"Gus kapan pulangnya? Maaf, aku tidak menunggu Gus pulang karena ketiduran."
"Saya baru saja pulang dan melihat istri saya tertidur dengan wajah lelahnya. Maaf ya sudah mengganggu."
Gus Alfatih melihat jam yang berdetak di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Biasanya ia sudah di jam itu jika tidak ada tugas dan pekerjaan tambahan.
"Sudah malam tidur yuk."
Aisfa mengangguk dengan senyuman lega. Ia bersyukur karena Gus Alfatih tidak mengingat ritual malam pertama yang membuat Aisfa cemas memikirkannya sejak tadi.
Ketika Aisfa hendak berbaring dan menarik selimutnya, tangannya dicekal oleh Gus Alfatih. Aisfa menatap Gus Alfatih dengan alis menyatu. "Ada apa, Gus?"
"Sebelum tidur sunnahan bareng dulu biar dapet pahala."
Glek
"Hah? Ta—tapi aku, aku belum siap."
Kening Gus Alfatih yang mengerut. "Belum siap bagaimana?"
"Aku belum siap menyerahkan diri aku sepenuhnya." Suara Aisfa bergetar. Perlahan air matanya meluncur membasahi pipinya.
Mendengar alasannya, Gus Alfatih langsung menyemburkan tawanya. Lucu sekali istrinya ini.
"Kok ketawa?" heran Aisfa menghentikan tangisnya.
"Kamu yang bikin saya ketawa, Aisfa."
Gus Alfatih menangkup kedua pipi istrinya dan mengusap air matanya menggunakan jempolnya tanpa jijik. Netranya menatap lekat wajah istrinya sembari berkata, "Aisfa, bukan itu yang saya maksud."
"Hah? Jangan bilang aku salah mengerti tadi? Malu banget." Aisfa memejamkan matanya merutuki dirinya sendiri.
"Saya mengajak kamu sunnahan sebelum tidur kenapa bisa-bisanya kamu menyimpulkan ke sana? Memangnya biasanya apa yang kamu lakukan sebelum tidur, hm?" tanya Gus Alfatih dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa (Cinta dalam Doa)
SpiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan mendadak merasakan getaran cinta...