ACDD 16# RASA YANG PATAH

24.4K 1.8K 117
                                    

ACDD 16# RASA YANG PATAH

“Simpanlah apa yang kamu rasa dalam diam, serahasia mungkin, hingga debarannya hanya kamu dan Allah yang mampu mendengarnya.”

-Habib Umar bin Hafidz-

🕊🕊🕊

Aisfa memutar tubuhnya di depan cermin. Gamis panjang berwarna dusty pink telah membalut tubuh rampingnya. Sesekali gadis itu membetulkan pashminanya yang lebar agar terlihat pas diwajah ovalnya. Aisfa tampak begitu cantik dengan penampilannya saat ini. Sederhana, namun memberi kesan elegan.

Bukan tanpa sebab Aisfa berpenampilan rapi dan tertutup seperti ini. Melainkan karena dirinya dan Syafa terpilih ikut ke acara walimahan salah seorang ustadz alumni Darul-Qur'an.

"Ih, aku pengen ikut juga," rengek Najwa merasa iri.

"Situ gak di ajak," ejek Ririn.

"Tapi pengen, Rin." Najwa memelas.

"Yaudah gantiin aku aja," ucap Syafa tiba-tiba, membuat ketiga temannya menoleh padanya. Gadis itu selalu hobi mengalah.

"Loh, kenapa?" Aisfa menatap Syafa bingung.

"Aku liat dari tadi kamu ngelamun. Ada apa sih? Kamu ada masalah?" Ririn bertanya, khawatir. Tak biasanya Syafa diam seperti ini

"Aku gak papa." Syafa berusaha mengulum  senyum untuk menunjukkan dirinya baik-baik saja, walaupun matanya tidak bisa berdusta bahwa telah terjadi sesuatu padanya.

"Udah, Wa. Mending kamu aja yang ikut. Aku nggak," kata Syafa final.

Padahal beberapa minggu yang lalu, ia begitu antusias ketika Aisfa mengajaknya keluar walau pada akhirnya tidak jadi ikut. Sekarang ketika sudah ada kesempatan ke luar, dia malah memberikannya kepada yang lain.

"Nggak deh." Najwa menggaruk tengkuknya tidak enak hati pada Syafa. Ia takut Syafa mengalah karena mengasihani dirinya.

Tanpa sepatah kata, Syafa memilih keluar dari kamar. Menyisakan tanda tanya besar dibenak ketiga teman-temannya.

Ririn menatap Najwa dan berujar, "Udah sana siap-siap, Wa. Biar Syafa aku yang urus."

Aisfa mendorong tubuh Najwa agar segera bersiap-siap. Mau tak mau, Najwa pun ikut, menggantikan Syafa. Tentunya ia merasa senang karena akan melihat suasana di luar pesantren yang sudah lama tidak ia lihat.

🕊🕊🕊

Syafa mengusap air matanya yang perlahan jatuh tanpa bisa dicegah. Kejadian beberapa jam yang lalu saat dirinya mendapatkan telpon dari keluarganya membuatnya menjadi seperti ini.

"Abi sudah menjodohkanmu dengan pemuda pilihan Abi, Nak."

"Maaf tidak meminta persetujuanmu terlebih dahulu, karena menurut Abi, dia yang terbaik untukmu."

"Pemuda ini berasal dari keluarga baik-baik dan paham agama. Kabarnya dia akan segera menyelesaikan pendidikannya di Tarim."

"Tapi, Bi. Syafa—"

"Mau menentang keinginan Abi?"

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang